Sejarah Gerindra Sejak Dulu : Setia, Memberi Dan Berbuat Baik Pada Lawan
Oleh : Abdullah Amas
(Direktur Eksekutif ATUM Institute)
MASIH Ingat di ingatan publik betapa Prabowo menjaga SBY di periode kedua Pemerintahannya meaki duet Mega-Pro dikalahkan SBY, di masa kedua SBY, Hak Angket di DPR pada SBY tak didukung Fraksi Gerindra yang bisa berpotensi membuat SBY jatuh kalau Gerindra masuk ikut mendukung. Namun apa balasan SBY? Demokrat telat memberi dukungan pada Prabowo di Pilpres 2014. Itupun dukungan setengah hati, termasuk di 2019. Namun disitu menegaskan masa SBY oposisi oleh Partai Gerindra adalah membangun bangsa bukan menjatuhkan
Tradisi sama dilakukan pada Jokowi, Gerindra meski oposisi di awal pemerintahan tapi sampai akhir menjaga Jokowi, di DKI pun demikian, Gubernur terpilih yang kemudian berkhianat tetap saja F-Gerindra DKI jaga sampai akhir meski di akhir tanpa ucapan terimakasih sepatah kata pun pada Prabowo dan Gerindra.
Prabowo itu karakternya mirip mayoritas pemilih kita di pedesaan : nerimo, suka mengalah demi persatuan, mudah memaafkan, dermawan sekalipun terhadap lawan Politik dan seterusnya
KETUA Harian DPP Partai Gerindra Prof. Sufmi Dasco baik diluar maupun di internal kerap mengingatkan untuk mendiamkan serangan, menjaga agar tetap selow, bahasa tubuh Prof. Dasco yang saya baca adalah rangkul sebanyak mungkin yang bisa dirangkul.
GERINDRA dengan sikapnya itu membuat kekuatan politiknya menjadi payung yang terbuka selebar-lebarnya bagi sel-sel Politik baru untuk bergabung.
Betapa banyak orang mudah pergi ketika dibantu Gerindra, sebagian yang pergi bahkan ketika ada masalah di penjara dan seterusnya karena kasus melawan negara tetap saja Gerindra bantu semaksimal mungkin, Gerindra menjadi penengah dan alat rakyat untuk konsolidasi elite, konsolidasi demokrasi dan seterusnya


Posting Komentar