Geger! "Sindiran Maut" Nandang Burhanudin: Tamparan Keras untuk Retorika Langit Ketum Partai Gelora Anis Matta?
Geger! "Sindiran Maut" Nandang Burhanudin: Tamparan Keras untuk Retorika Langit Anis Matta?
JAKARTA – Jagat media sosial mendadak riuh. Ustaz Nandang Burhanudin, sosok yang selama ini dikenal sebagai pengagum sekaligus pemikir yang sejalan dengan Anis Matta, tiba-tiba mengunggah status Facebook yang bernada satir dan reflektif.
Banyak pihak menilai, unggahan tersebut bukan sekadar curhatan biasa, melainkan sebuah kritik ideologis yang menohok Ketua Umum Partai Gelora tersebut.
Dari "10 Besar Dunia" ke "Limbah Sayuran"
Dalam unggahannya, Ustaz Nandang menuliskan kalimat yang cukup kontras:
"Bertahun-tahun lalu saya sibuk bicara Ustaziyatul Alam, 10 Besar Dunia, Terbang Tinggi. Kini saya sibuk dengan daur ulang limbah makanan sayuran MBG, untuk pakan ternak. Bagian dari ilmu membumi yang sedikit orang sudi."
Kalimat "10 Besar Dunia" dan "Terbang Tinggi" adalah jargon yang sangat identik dengan narasi Anis Matta dalam membangun visi Partai Gelora. Dengan menyebut bahwa kini ia lebih memilih mengurus "limbah makanan", Nandang seolah sedang mengirim pesan: Narasi besar tanpa implementasi hanyalah utopia yang melelahkan.
Kritik Atas Minimnya Empati dan Aksi Nyata
Spekulasi bahwa status ini ditujukan untuk Anis Matta semakin menguat. Anis Matta sering dikritik karena orasinya yang memukau dan filosofis, namun dianggap kurang hadir dalam aksi-aksi kemanusiaan yang bersifat grassroot.
Beberapa poin yang menjadi sorotan publik antara lain:
Absensi di Lokasi Bencana: Publik menyoroti minimnya kehadiran fisik tokoh-tokoh elit dalam momen krusial seperti gempa di Aceh dan Sumatera.
Retorika vs Realita: Gagasan besar tentang memimpin dunia dianggap kontras dengan kondisi kader di tingkat bawah.
Suara dari Majelis Masyumi Indonesia
Direktur Eksekutif Majelis Masyumi Indonesia, Abdullah Amas, turut memberikan komentar pedas terkait fenomena ini. Meski mengaku menikmati karya tulis Anis Matta—terutama yang bertema keluarga—Amas tidak memungkiri adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
"Seru aja melihat status Ustaz Nandang itu. Di kolom komentar pun ramai. Ada yang nyeletuk: bicara memimpin umat dan retorika langit, tapi ujung-ujungnya cuma memperkaya diri, sementara kader di bawah buat bayar token listrik saja susah," ujar Amas menyentil.
Amas menilai, kritik terhadap Anis Matta yang dianggap "terlalu tinggi di sisi retorika namun kurang di sisi implementasi" adalah kegelisahan nyata yang mulai merayap di kalangan pendukungnya sendiri.
Kesimpulan: Sinyal Keretakan Ideologis?
Status Ustaz Nandang Burhanudin ini bisa menjadi alarm bagi Partai Gelora. Jika sosok pemikir seperti Nandang sudah mulai bicara soal "ilmu membumi" dan berpaling dari narasi "terbang tinggi", maka ada sesuatu yang sedang tidak baik-baik saja di menara gading kekuasaan mereka.
Apakah ini awal dari gelombang balik para kader yang lelah dengan janji-janji besar tanpa solusi konkret? Ataukah sekadar pengingat agar para pemimpin kembali menapakkan kaki di bumi?




Posting Komentar