Libur Telah Tiba: Saatnya "Balas Dendam" Positif dengan Membaca Buku ala Gus Teguh Anantawikrama
Libur Telah Tiba: Saatnya "Balas Dendam" Positif dengan Membaca Buku ala Gus Teguh Anantawikrama
Bagi sebagian orang, libur panjang akhir tahun adalah waktu untuk bepergian atau sekadar beristirahat total. Namun, bagi Gus Teguh Anantawikrama, liburan memiliki makna yang lebih dalam: sebuah kemewahan untuk kembali merajut kemesraan dengan lembaran-lembaran buku.
Melalui akun media sosialnya, tokoh yang dikenal aktif membantu program pemerintah dan masyarakat ini membagikan antusiasmenya menyambut hari libur.
"Beli buku ah. Lumayan ada beberapa hari bisa menikmati baca buku. Siapa yang sudah siap-siap baca buku?" tulis Gus Teguh dalam cuitannya.
Menembus Keterbatasan Waktu
Selama setahun penuh, dedikasi Gus Teguh dalam melayani kepentingan publik seringkali menyita waktu pribadinya. Kesibukan yang padat membuat hobi membacanya sering terpinggirkan. Oleh karena itu, momen libur Tahun Baru bukan sekadar jeda kalender, melainkan "ruang bernapas" untuk memuaskan dahaga intelektualnya.
Fenomena ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa di tengah gempuran konten digital yang serba cepat, membaca buku tetap menjadi cara terbaik untuk mendalami pemikiran dan memperluas cakrawala.
Mengapa Liburan Adalah Waktu Terbaik Membaca?
Ada beberapa alasan mengapa ajakan Gus Teguh ini sangat relevan untuk kita ikuti:
Fokus Tanpa Gangguan: Tanpa dering telepon urusan pekerjaan atau tenggat waktu yang mengejar, kita bisa menyelami isi buku dengan lebih khusyuk.
Self-Reward yang Berguna: Membeli buku baru adalah bentuk penghargaan diri (self-reward) yang menyehatkan mental dan memperkaya wawasan.
Memulai Tahun dengan Inspirasi: Membaca buku di akhir tahun memberikan perspektif baru untuk menyongsong resolusi di tahun yang baru.
Persiapan "Amunisi" Bacaan
Seperti yang dilakukan Gus Teguh, langkah pertama adalah "Beli Buku". Memilih buku yang tepat—baik itu fiksi untuk imajinasi maupun non-fiksi untuk pengembangan diri—adalah bagian dari kegembiraan liburan itu sendiri.
Bagi Gus Teguh, buku bukan sekadar tumpukan kertas, melainkan investasi waktu yang paling berharga setelah lelah mengabdi untuk rakyat dan negara.


Posting Komentar