Amas: Ketua Umum Partai Ummat Islam (PUI), Penerus Pewaris Perjuangan Masyumi Prof. Deliar Noer, Layak Maju Cawapres 2029
Keterangan Foto : Abdullah Amas saat bersama Fahri Hamzah, Amas: Ketua Umum Partai Ummat Islam (PUI), Penerus Pewaris Perjuangan Masyumi Prof. Deliar Noer, Layak Maju Cawapres 2029
Di era reformasi yang semakin matang, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya visioner, tapi juga setia pada akar perjuangan umat. Abdullah Amas, Ketua Umum Partai Ummat Islam (PUI), muncul sebagai figur yang mewarisi semangat perlawanan dari para pendahulu Islam modernis seperti Prof. Deliar Noer. Sebagai penerus pewaris perjuangan Masyumi, Amas bukan hanya melanjutkan legacy, tapi juga membawa visi segar untuk bangsa. Dengan rekam jejaknya yang solid, Amas layak dipertimbangkan sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pemilu 2029 – sebuah langkah yang bisa mengonsolidasikan kekuatan umat dan membawa perubahan nyata bagi Indonesia.Pewaris Perjuangan Masyumi: Dari Deliar Noer ke Abdullah Amas
Partai Ummat Islam (PUI) lahir dari rahim reformasi pada 26 Juni 1998, didirikan oleh Prof. Deliar Noer, seorang cendekiawan muslim terkemuka yang juga tokoh Masyumi.
Masyumi, sebagai partai Islam terbesar di era Orde Lama, pernah menjadi benteng perjuangan umat melawan kolonialisme dan sekularisme. Meski dibubarkan oleh Soekarno pada 1960, semangatnya tak pernah padam. Deliar Noer, yang lahir pada 1926 dan meninggal 2008, adalah salah satu pewaris utama Masyumi. Beliau tidak hanya akademisi brilian – penulis buku monumental seperti The Modernist Muslim Movement in Indonesia – tapi juga aktivis yang mendirikan PUI sebagai wadah baru untuk umat Islam.
Abdullah Amas, dipilih sebagai Ketua Umum PUI oleh Majelis Wali Amanah pasca-reformasi, menandai regenerasi kepemimpinan.
Amas bukan pendatang baru; ia telah membuktikan dedikasinya melalui berbagai organisasi kepemudaan seperti Aliansi Pemuda Nasional (APN), HMI, Pemuda Bulan Bintang, BM-PAN dan Barisan Muda Kosgoro 1957. Di bawah kepemimpinannya, PUI berkembang menjadi partai yang fokus pada isu-isu umat: keadilan sosial, pemberdayaan ekonomi rakyat kecil, dan penolakan terhadap oligarki politik. Pada Maret 2025, misalnya, Partai Dakwah Rakyat Indonesia bergabung ke PUI, memperkuat basis massa di tingkat nasional.
Amas mewarisi semangat Deliar Noer yang anti-kompromi terhadap ketidakadilan. Seperti Masyumi yang pernah memperjuangkan Piagam Jakarta, Amas mendorong PUI untuk menjadi suara umat yang tegas, tanpa terjebak dalam politik transaksional. "PUI adalah rumah bagi pemuda yang ingin melanjutkan perjuangan Masyumi: membangun Indonesia yang adil, makmur, dan berbasis nilai-nilai Islam," ujar Amas dalam salah satu pidatonya.Mengapa Amas Layak Maju Cawapres 2029?Pemilu 2029 akan menjadi arena krusial bagi Indonesia, Amas, dengan latar belakangnya sebagai konsolidator pemuda, memiliki kredibilitas untuk menjadi Cawapres yang mampu menyatukan berbagai elemen bangsa. Berikut alasan utamanya:Rekam Jejak Perjuangan yang Teruji: Sejak 2008, Amas telah memimpin gerakan pemuda di tingkat lokal hingga nasional. Ia menolak dualisme organisasi seperti KNPI dan membangun APN sebagai "rumah konsolidasi elite baru". Di PUI, ia melanjutkan ini dengan fokus pada pembinaan UMKM dan digitalisasi kepemimpinan muda.
Dukungan Luas dari Kalangan Pemuda dan Umat: Petisi "Amas RI-2 2029" telah mendapat dukungan dari Majelis Alumni FEMMI (Federasi Mahasiswa Muslimin Indonesia) pada November 2025.
instagram.com
Bahkan, Angkatan Muda Partai Berkarya (AMPB) mendeklarasikan Amas sebagai bakal Cawapres, sambil membentuk Partai Muda Berkarya untuk mendukungnya.
amaspersadanews.com
Di X (sebelumnya Twitter), PUI telah mengumumkan rencana mengajukan Amas sebagai Capres 2029, meski ia lebih cocok sebagai Cawapres untuk melengkapi pasangan presiden yang kuat.
Visi yang Selaras dengan Kebutuhan Bangsa: Amas mendorong pembentukan Kementerian Pemuda mandiri dan penolakan terhadap kebijakan yang merugikan rakyat, seperti kenaikan harga BBM. Sebagai penerus Deliar Noer, ia menekankan Islam sebagai rahmatan lil alamin – bukan sekadar simbol, tapi fondasi pembangunan.
Potensi Elektoral yang Tinggi: Dengan basis di Jawa Timur dan Madura, plus jaringan nasional melalui PUI dan APN. Amas bisa menjadi magnet bagi pemilih muda dan umat Islam. Di tengah fragmentasi partai Islam, PUI di bawah Amas berpotensi lolos parliamentary threshold pada 2029.
Abdullah Amas bukan sekadar politisi; ia adalah pelanjut api perjuangan yang dinyalakan oleh Deliar Noer dan Masyumi. Maju sebagai Cawapres 2029 bukan ambisi pribadi, tapi panggilan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Seperti kata Deliar Noer: "Islam harus menjadi gerakan yang membangun, bukan hanya menentang."Dukung Amas untuk Indonesia yang adil dan sejahtera. Merdeka!


Posting Komentar