Langkah Tepat Dan Terukur Prabowo Di Sengketa Ambalat
Sumber Tulisan : FB Adipati Kencana
Sebelum ke Blok Ambalat, kita ulas sedikit kedatangan PM Malaysia ANWAR IBRAHIM ke Jakarta kemarin. Tujuan kedatangannya sesuai yg diberitakan media adalah untuk menghadiri Konsultasi Tahunan ke 13 Indonesia - Malasia.
Bagaimana mau dibilang Prabowo pengecut (dalam kasus Blok Ambalat vs Malaysia) sedangkan PM Malaysia justru datang ke Jakarta menghidupkan kembali forum konsultasj tahunan yg sudah terhenti sejak 7 tahun lalu. Kedatangan PM Anwar patut diduga untuk menguatkan posisi politiknya karena di dalam negerinya sedang didemo oleh puluhan ribu massa dan pimpinan kubu lawan politiknya yg menurutnya mundur.
Massa pendemo kecewa dengan kenaikan pajak dan rendahnya kinerja Pemerintah Malaysia yg di antaranya dikaitkan dengan kegagalan lobi kesepakatan dagang dengan AS. Sementara Indonesia justru sukses cemerlang.
Sekarang kita masuk ke bahasan Blok Ambalat.
Indonesia pernah kalah dalam sengketa perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan pada akhir tahun 2022 lalu berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional. Kekalahan ini bukan saja berakibat teririsnya batas kedaulatan wilayah RI. Tetapi juga menyisakan 'jejak' yg berpengaruh pada kasus Blok Ambalat.
Begini Sobat, Sipadan dan Ligitan adalah 2 pulau kecil, sedangkan Blok Ambakat adalah wilayah Laut atau perairan. Seperti biasa dalam sengketa wilayah, Indonesia dan Malaysia punya dasar atas masing-masing klaimnya atas Blok Ambalat. Tetapi Malaysia punya dasar tambahan dengan menggunakan argumen bahwa kemenangan mereka di Sipadan dan Ligitan memberikan hak atas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen di sekitar Ambalat.
Sederhananya begini, Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi 'Patok' ukur oleh Malaysia utk mengaku bahwa Perairan Ambalat adalah 'Halaman Lautnya'. Dasar ini KUAT jika dibawa lagi ke Mahkamah Internasional. Indonesia harus kerja keras untuk menang. Untuk itulah Presiden Prabowo mengusulkan pemanfaatan bersama hasil alam di Blok Ambalat. Ini langkah dan keputusan yg paling bijak mengingat posisi hukum Malaysia sedikit lebih kuat. Mahkamah Internasional yg pernah menangkan Malaysia soal Sipadan dan Ligitan kemungkinan akan kembali menangkan soal 'halaman laut' dari kedua pulau tersebut. Sampe sini paham kenapa Presiden Prabowo terkesan mengalah?
"Jika jalur hukum bakal kalah kenapa tidak ambil opsi militer?"
Presiden Prabowo Subianto terkenal dan dihargai oleh pemimpin negara-negara di dunia dengan salah satu kalimatnya "A Thousand Friends Too Few, One Enemy Too Many". Lho kok malah angkat senjata lawan negara tetangga dan satu rumpunnya? . Wibawa negara ini bisa runtuh, akan dicap omon omon oleh internasional.
Meski militer Indonesia jauh lebih kuat dari Malaysia, tetapi terlalu banyak alasan yg menghalangi penggunaan opsi militer atau kekuatan senjata. Makanya opsi penawaran Presiden Prabowo soal pemanfaatan bersama Blok Ambakat adalah usulan cerdik dan terbaik jika melihat posisi dan kekuatan hukum Indonesia serta resiko-resiko hukum internasionalnya.
Presiden Prabowo bukan pengecut tetapi kalian yang tidak sanggup mencerna dinamika kepemimpinan nasional.
Posting Komentar