Partai Gelora Ambles, De-AnisMattaIsasi Meluas, Ketakpercayaan Ke Si Paling Narator Peradaban Bakal Tak Terbendung
Soal narasi yang berubah - ubah. Tak sesuai dengan yang diorasikan dengan yang dilaksanakan serta lemahnya narasi anis matta yang tidak solutif dan terbukti Anis Matta gagal menjadi gelombang yang menggerakkan teruji dengan amblesnya Partai Gelora ke posisi nol koma persen menjadi penambah menurunnya trend pemikiran Anis Matta.
Ditambah Anis Matta yang tak jua dirinya dan barisannya merespon Mimpi Al-Mubasyirat Muhammad Qasim yang merupakan narasi yang jelas dan kongkret bagi Umat Islam kian menambah deretan kekecewaan pada Anis Matta.
Narasi menggelora ternyata tak sebanding dengan gelora pada narasi kompetensi. Entah kenapa DPW Partai Gelora Jakarta malah dipimpin anaknya sendiri. Kita belum tahu dasar utamanya ditengah SDM Partai Gelora yang kita lihat bagus-bagus.
Seperti juga dikutip media ini sebelumnya, dengan judul : Partai Gelora Banyak Gaya, Sama Partai Berkarya Saja Kalah Jauh
PARTAI Gelombang Indonesia Raya (Partai Gelora) dinilai banyak gaya
"Jangan mau lagi disebut: ironstone, batu bata perjuangan, kaum perawi, dipastikan kalian akan mandeg spt batu palagi bukan pewaris"demikian komentar NB salah satu inisator GARBI diduga mengkritik narasi-narasi pemikul beban yang gencar disuarakan Anis Matta.
Ya. Bagaimana tidak, dengan aneka gayanya Partai Gelora meraih suara dibawah 1 persen alias nol koma sekian persen. Itupun dengan berbagai cara mereka berupaya menambah suara. Orasi menggelegar Anis Matta dan sejumlah kebawelan Fahri Hamzah tak mampu membawa Partai Gelora berdiri tegak bahkan lewati 1 persen. Sedang Partai Berkarya kala 2019 berhasil mengalahkan PSI dan meraih 2 persen lebih.
Berbagai gerakan Fahri Hamzah dan Anis Matta cs sejak keluar dari PKS atau menjaga jarak dari PKS tak bermakna banyak. Mulai Gerakan Pawai Kebangsaan yang melibatkan banyak unsur Keluarga Alumni KAMMI, deklarasi Anis Matta-Fahri Hamzah Capres dan Cawapres dan sebagainya.
Pasukan Lawas Anis Matta- Fahri Hamzah pun nampak kocar kacir. Amang alias Rahman Toha Mantan Ketum PP KAMMI yang dikenal pembela garis keras Anis Matta dan Fahri Hamzah termasuk juga ketika jadi Ketua Umum KAMMI menyuarakan Anis Matta yang kala itu jadi Sekjen PKS untuk maju dalam kepemimpinan nasional misalkan, justru Amang jelang Pemilu lebih memilih pindah ke Partai Demokrat, Lalu Ustadz
Hamy Wahjunianto
Tokoh Kawakan PKS dan Gelora di Jatim memilih tak terlihat lagi dalam kegiatan-kegiatan Partai Gelora kini dan seterusnya.
Nasib Partai Gelora bukan saja gagal jadi gelombang, tapi hanya seperti bunga melati yang indah diawal tapi tak berumur lama
Nasib serupa juga dirasakan oleh Partai Ummat. Dualisme pasca penetapan kembali Menantu Amien Rais jadi Ketua Umum harus menerima kenyataan dualisme. Tragedi Gelora dan Ummat dinilai tak sampai tiga tahun lagi bakal bubar jalan, ada bangunan yang bakal rubuh dan tak bisa ditahan para pimpinan hebatnya.
Posting Komentar