PDI-P Babak Belur Di Perang Tiktok
Copas FB Ismail Fahmi : Senin lalu, Late post ini, saya ngisi FGD bareng Mas Yunarto Wijaya, Prof Ramlan, dan Mas Toto (Kompas). Di DPP PDI Perjuangan.
---
“PDI Perjuangan sedang menang di ruang yang makin sepi, dan kalah di ruang tempat masa depan politik sedang lahir.”
Itulah kegelisahan yang saya sampaikan di forum ini. Mesin politik PDIP kuat, jejaring loyalis masif, dan percakapan di Twitter/X masih didominasi oleh PDIP, sebuah ruang dengan intensitas politik tertinggi di Indonesia.
Namun ruang itu tidak lagi dihuni oleh generasi yang akan menentukan peta elektoral lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Yang lebih mengkhawatirkan, TikTok dan Instagram, dua ruang tempat imajinasi politik anak muda dibentuk setiap hari, hampir tak melihat kehadiran PDIP. Kita sedang berbicara keras di sebuah ruangan yang pendengarnya makin sedikit, sementara generasi baru bercakap-cakap di tempat lain tanpa pernah melihat wajah PDIP.
Karena itu saya mendorong PDIP untuk melakukan reposisi digital secara radikal. Data menunjukkan peluang terbesar justru ada di tempat PDIP paling lemah: TikTok. Platform ini adalah lahan rebranding terbesar partai, dengan strategi konten humanis, humor ringan, kedekatan kader, dan storytelling sejarah partai yang tidak menggurui.
Jika dikelola serius, PDIP bukan hanya dapat merebut kembali narasi digital dari kompetitor, tapi juga membangun jembatan emosional dengan Gen-Z dan pemilih pemula yang selama ini merasa PDIP terlalu formal, kurang relatable, dan tidak fun.
PDI Perjuangan punya modal besar. Sejarah panjang, ideologi jelas, dan rekam jejak kuat. Tantangannya tinggal satu. Berani keluar dari pola lama dan menjemput generasi yang sedang membentuk masa depan politik Indonesia di platform yang benar.


Posting Komentar