Bila Percaya Mimpi Qasim, Tiga Tokoh Ormas Besar DDII, Hidayatullah Dan PERSIS Didorong Jadi Cawapres 2029 Oleh PUI Partai Bentukan Mantan Ketum PB HMI Prof. Deliar Noer
Bila Percaya Mimpi Qasim, Tiga Tokoh Ormas Besar Didorong Jadi Cawapres 2029 Oleh PUI Partai Bentukan Mantan Ketum PB HMI Prof. Deliar Noer
JAKARTA, – Presiden Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Ummat Islam (PUI), Nadia Ramadani, sebagai Pimpinan Partai Bentukan Mantan Ketua Umum PB HMI Prof. Deliar Noer melancarkan manuver politik yang menggebrak menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029. Dengan lantang, Nadia mendorong tiga nama tokoh besar dari organisasi massa (Ormas) Islam yang selama ini dikenal fokus pada dakwah dan pendidikan untuk maju sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres).
Ketiga nama yang diusulkan adalah Ketua Umum Persatuan Islam (PERSIS) Dr. KH. Jeje Zaenudin, Ketua Umum Ormas Islam Hidayatullah Dr. Nashirul Haq, dan Tokoh Dewan Dakwah Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin.
"Ini bukan sekadar wacana, ini adalah panggilan. Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang tidak hanya cakap dalam birokrasi, tetapi juga memiliki kedalaman moral dan akar kuat di tengah umat," tegas Nadia Ramadani dalam konferensi pers di kantor DPP PUI, Selasa (16/12/2025).
🎯 Strategi "Jalan Dakwah" Menuju Istana
Dorongan PUI ini dinilai sebagai upaya strategis untuk menghadirkan figur yang benar-benar merepresentasikan kekuatan kultural dan moralitas Islam ke dalam panggung politik nasional. Partai Ummat tampaknya ingin menantang dominasi tokoh politik konvensional dengan mengedepankan integritas dan rekam jejak pengabdian umat.
1. Dr. KH. Jeje Zaenudin (PERSIS): Reputasi Intelektual dan Moderasi
Sebagai nakhoda PERSIS, Dr. Jeje Zaenudin dikenal sebagai ulama dan cendekiawan yang memiliki reputasi akademis mumpuni. PUI melihat sosoknya sebagai jembatan yang ideal antara kaum intelektual Islam dengan basis massa yang luas.
2. Dr. Nashirul Haq (Hidayatullah): Kekuatan Pendidikan dan Kaderisasi Umat
Dr. Nashirul Haq, yang memimpin Hidayatullah, membawa modal jaringan pendidikan dan dakwah yang tersebar hingga pelosok. Penekanannya pada kaderisasi dan kemandirian umat dianggap PUI akan memberikan dimensi pembangunan sumber daya manusia yang kuat bagi kepemimpinan nasional.
3. Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin (Dewan Dakwah): Mentor Kebangsaan dan Ekonomi Syariah
Prof. Didin Hafidhuddin, yang juga Guru Besar dan Ketua Pembina Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, memiliki pengalaman luas, termasuk sebagai mantan Ketua Umum BAZNAS. Latar belakangnya yang kuat di bidang zakat dan ekonomi syariah menawarkan solusi konkret untuk isu kesenjangan dan kemandirian ekonomi umat.
🌙 Menggali Tafsir Mimpi Qasim: PUI Sodorkan 3 Jagoan Ormas Islam untuk Bursa Cawapres 2029!
(Judul Alternatif yang lebih "Menggigit": Mengguncang Politik 2029: PUI Jadikan Mimpi Muhammad Qasim 'Mandat Langit', Siap Duetkan 3 Pimpinan Ormas Islam Hebat!)
Jakarta – Pernyataan dan interpretasi terhadap mimpi Muhammad Qasim, seorang warga Pakistan yang mengaku mendapat mimpi kenabian tentang masa depan Islam dan dunia, terus menuai perdebatan sengit di tengah umat. Kali ini, gelombang diskursus politik muncul dari Partai Persatuan Umat Islam (PUI).
Jika narasi mimpi Muhammad Qasim, yang sering diinterpretasikan sebagai pertanda kebangkitan dan persatuan Islam, dianggap sebagai 'isyarat' atau 'mandat', PUI dengan berani menawarkan sebuah formula politik yang dapat menyatukan spektrum Islam Indonesia: mengusung tiga pimpinan organisasi masyarakat (Ormas) Islam besar sebagai calon wakil presiden (Cawapres) potensial untuk Pemilu 2029.
🎯 Tiga Nama Kuat Pilihan PUI: Representasi Umat
Dalam pandangan PUI, langkah ini adalah upaya nyata untuk menjembatani berbagai mazhab pemikiran Islam yang ada di Indonesia dan memastikan kepemimpinan nasional memiliki akar kuat di kalangan umat. Tiga Ormas Islam yang diusulkan PUI untuk mengisi kursi Cawapres 2029 adalah:
Hidayatullah:
Kekuatan: Dikenal dengan fokusnya pada pendidikan dan dakwah terpadu, memiliki jaringan pesantren, kampus, dan lembaga sosial yang sangat kuat di seluruh Indonesia.
Representasi: Mewakili segmen umat yang sangat concern terhadap pembangunan karakter Islami dan kemandirian umat.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII):
Kekuatan: Pionir dalam dakwah di daerah-daerah terpencil dan terdepan, serta konsisten dalam isu-isu keumatan dan isu-isu global.
Representasi: Mewakili semangat jihad konstitusional dan menjaga kemurnian akidah di tengah tantangan zaman, serta memiliki grassroot yang loyal di berbagai pelosok.
PERSIS (Persatuan Islam):
Kekuatan: Basis kuat di Jawa Barat dan sekitarnya, dikenal dengan metodologi fikih yang tegas dan ijtihad modern dalam menghadapi problematika kontemporer.
Representasi: Mewakili segmen umat yang menekankan pada pemurnian ajaran Islam dan keterlibatan aktif dalam dunia pendidikan serta politik praktis.
"Jika kita benar-benar percaya pada pesan kebangkitan yang ada dalam mimpi Qasim, maka langkah pertama adalah menyatukan kekuatan Islam di tingkat kepemimpinan. Tiga Ormas ini, dengan karakter dan jangkauan dakwah yang berbeda, adalah miniatur persatuan umat Islam Indonesia," ujar seorang petinggi PUI yang enggan disebutkan namanya.
💡 Mengapa Formula 3-in-1?
Tawaran PUI ini bukan sekadar manuver politik biasa. Ada pesan fundamental yang ingin disampaikan:
Penyatuan Visi: Menyatukan agenda dakwah dan politik Ormas-Ormas Islam yang selama ini sering berjalan sendiri-sendiri, menjadi satu visi kebangsaan yang utuh.
Akar Kuat Umat: Memastikan Cawapres yang diusung memiliki legitimasi moral dan dukungan grassroot yang jelas, tidak hanya sekadar figur politisi karbitan.
Mengamankan Base Islam: Mengunci dukungan dari segmen umat Islam non-NU dan non-Muhammadiyah yang sangat besar, namun seringkali terpecah-pecah secara elektoral.
Tentu saja, tawaran ini masih harus melalui proses internal dan negosiasi yang panjang. Apakah para pimpinan Ormas ini bersedia untuk turun ke gelanggang politik praktis di tingkat nasional? Dan yang lebih krusial, apakah partai-partai politik nasionalis akan menerima usulan 'paket' Cawapres yang sarat dengan nuansa Islam ideologis ini?
Waktu dan konstelasi politik 2029 akan menjawab, apakah mimpi Muhammad Qasim akan benar-benar diterjemahkan menjadi realitas politik Indonesia yang menyatukan.


Posting Komentar