Perisai "Counter Attack" untuk Sang Gubernur: Bung Amas "Sang Komandan Strategi" Pemberi Sentuhan Manuver Pembeda di Belakang Khofifah
Perisai "Counter Attack" untuk Sang Gubernur: Bung Amas "Sang Komandan Strategi" Pemberi Sentuhan Manuver Pembeda di Belakang Khofifah
Surabaya, 16/12
Di tengah pusaran kepentingan politik Jawa Timur yang selalu panas, muncul sosok Abdullah Amas, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Ummat Islam (PUI), yang secara terbuka dan vokal mengambil peran sebagai "Pembela" utama Khofifah Indar Parawansa di ruang publik. Sementara banyak tokoh dan partai masih bermain aman di zona abu-abu, Amas memilih untuk maju ke gelanggang media, memberikan dukungan yang unorthodox dan pernyataan yang menggigit.
Mengapa Amas Membela Khofifah? Manuver Jitu atau Idealisme?
Pembelaan Amas terhadap Khofifah menjadi sorotan karena PUI bukanlah partai yang punya kursj di parlemen. Namun, PUI memiliki basis ideologis yang jelas, didirikan oleh intelektual reformis Prof. Deliar Noer. Keterlibatan Amas menunjukkan adanya keterkaitan ideologis dan aktivis yang melampaui kepentingan politik elektoral sesaat.
Isi "Gigitan" dalam Pembelaan Amas:
Menargetkan Kritik Oposisi: Amas tidak ragu menyerang balik pihak-pihak yang melancarkan kritik terhadap kepemimpinan Khofifah, terutama yang ia anggap tidak berdasar atau bermotif politik murni. Ia sering menggunakan latar belakang aktivisnya untuk membongkar narasi yang ia nilai sebagai upaya destabilisasi politik, bukan kritik konstruktif.
Narasi Kebangsaan dan Keumatan: Amas memosisikan Khofifah bukan sekadar sebagai politisi, tetapi sebagai simbol kepemimpinan perempuan muslim yang berhasil menyeimbangkan pembangunan antara sektor modern dan kebutuhan keumatan di Jawa Timur (sebagai provinsi dengan populasi muslim terbesar di Indonesia). Pembelaan ini mengaitkan kinerja Khofifah dengan integritas dan idealisme yang diperjuangkan PUI.
Mempertanyakan Kredibilitas Penyerang: Poin paling tajam adalah ketika Amas berani mempertanyakan rekam jejak dan motivasi para penyerang Khofifah. Ini adalah taktik counter-attack yang efektif, menggeser fokus dari Khofifah ke kredibilitas oposisi itu sendiri. Bagi Amas, fairness dalam politik harus didasarkan pada rekam jejak, bukan hanya retorika.
Kiprah Media: Menggunakan Platform Kecil untuk Suara Besar
Kiprah Abdullah Amas ini adalah contoh bagaimana partai kecil dapat memainkan peran kunci dalam membentuk opini publik. Dengan memanfaatkan jejaring aktivis dan kemahirannya dalam komunikasi politik:
Pembeda di Media: Saat partai-partai besar cenderung wait-and-see, Amas memberikan dukungan tanpa syarat di media, yang membuat PUI terlihat memiliki posisi politik yang tegas dan berani.
Keuntungan Khofifah: Pembelaan dari tokoh luar lingkaran koalisi resmi (seperti PUI) memberikan Khofifah legitimasi yang lebih luas, menunjukkan bahwa dukungannya datang dari berbagai spektrum, termasuk kelompok idealis.
Kesimpulan: Juru Bicara Kepercayaan yang Berani
Abdullah Amas tidak hanya membela Khofifah, ia membela apa yang ia yakini sebagai model kepemimpinan yang berintegritas. Perannya di media menjadikan PUI tidak lagi hanya dilihat sebagai partai "kecil" warisan Reformasi, melainkan sebagai organisasi yang memiliki keberanian ideologis untuk turun tangan dalam kontestasi politik nyata.
Dalam lanskap politik Jawa Timur yang penuh intrik, Amas telah membuktikan bahwa terkadang, satu suara vokal dan berani dari pihak independen jauh lebih "menggigit" daripada dukungan diam-diam dari partai-partai besar.


Posting Komentar