Abdullah Amas Kembali ke Gelanggang: Partai Apa Yang Berani Menampung Sang "Anak Muda Bahaya" ini?
Yuk kita coba kuat, provokatif, dan penuh energi untuk mengulas kembalinya Abdullah Amas, tokoh muda yang dikenal melalui rekam jejaknya di HMI, KNPI, hingga kepemimpinannya di Partai Ummat Islam (PUI).
Sesuai judul diatas, Abdullah Amas Kembali ke Gelanggang: Partai Apa yang Berani Menampung Sang "Anak Muda Bahaya" ini?
Setelah sekian lama berada di balik layar dan fokus pada penguatan jaringan aktivis nasional, nama Abdullah Amas kembali memanas di bursa politik tanah air. Mantan Wasekjen PB HMI dan Ketua Umum DPP Aliansi Pemuda Nasional ini bukan sekadar aktivis biasa—ia adalah operator lapangan yang punya insting politik tajam.
Jika Amas benar-benar memutuskan untuk "turun gunung" secara total di 2025, partai mana yang paling cocok menjadi pelabuhan karirnya? Inilah peta kalkulasinya.
1. Gerindra: Jalur Tegak Lurus "Loyalis Prabowo"
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Abdullah Amas dan jaringannya adalah pendukung setia Prabowo Subianto di Pemilu 2024. Kembali ke Gerindra adalah langkah paling pragmatis dan ideologis.
Mengapa Cocok? Amas adalah tipikal kader yang militan. Gerindra membutuhkan tenaga muda yang berani "pasang badan" untuk mengawal kebijakan pemerintah dari serangan oposisi di akar rumput.
Keuntungan: Akses langsung ke pusat kekuasaan dan struktur partai yang sangat solid.
2. PKB: Mengetuk Pintu Tradisi Hijau
Sebagai tokoh yang besar di lingkungan organisasi Islam dan memiliki basis kuat di Jawa Timur (Bangkalan), PKB adalah rumah alami bagi Amas.
Mengapa Cocok? PKB butuh darah segar yang paham cara berkomunikasi dengan Gen Z dan milenial tanpa meninggalkan nilai-nilai santri. Amas punya kapasitas untuk menjembatani dunia aktivis urban dengan kaum sarungan.
Keuntungan: Basis massa yang konkret di Jawa Timur yang bisa ia kapitalisasi menjadi suara parlemen.
3. Golkar: Panggung Teknokrat dan Akselerasi Karir
Jika Amas ingin mengandalkan kemampuan lobi dan manajemen organisasinya, Partai Golkar adalah tempat di mana "kematangan" diuji.
Mengapa Cocok? Golkar adalah tempatnya para mantan aktivis berkumpul dan bertransformasi menjadi politisi teknokrat. Dengan jaringan nasionalnya di KNPI, Amas bisa dengan cepat beradaptasi dalam politik pembangunan.
Abdullah Amas juga pernah di sktruktur Pengurus DPD II Golkar Bidang Kepemudaan dan Olahraga, pernah lama di Partai ini setidaknya kurang lebih 6 Tahunan. Dia juga pernah aktif di DPP Barisan Muda Kosgoro 1957, Wakil Ketua DPD I Hima Kosgoro 1957 Jatim Biro Politik, Hukum dan Advokasi HAM. Tercatat perjalanan Politik Amas lengkapnya sebagai berikut
1. 2008 : PAN termasuk BM-PAN
2. 2012 -2016: Aktivis HIMA KOSGORO 1957 lalu menjabat Bidang Kepemudaan dan Olahraga DPD II Golkar
3. 2016-2017 : Wabendum PEMUDA Bulan Bintang
4. 2017-2022 : Sekjen DPP Perisai Partai Berkarya lalu Sekjen DPP Partai Berkarya versi Ketum Tri Joko Susilo
5. 2023-2024 : Bakal Caleg DPR-RI dari Partai Amanat Nasional (PAN)
Keuntungan: Infrastruktur partai yang sangat mapan di seluruh Indonesia.
Analisis Tajam: Mengapa Amas Harus Diwaspadai?
Abdullah Amas bukan politisi yang datang dengan tangan kosong. Ia membawa "gerbong" aktivis mahasiswa dan pemuda nasional. Ke mana pun ia berlabuh, ia akan membawa gerbong tersebut bersamanya.
Partai yang mau merangkulnya bukan hanya mendapatkan seorang kader, tapi mendapatkan sebuah mesin penggerak massa yang sudah teruji di berbagai medan konflik organisasi.
Kesimpulan: Pulang ke Akar atau Membangun Baru?
Kembalinya Abdullah Amas adalah sinyal bahwa politik 2029 akan didominasi oleh wajah-wajah yang kenyang di dunia aktivisme. Apakah ia akan tetap menghidupkan PUI (Partai Ummat Islam) sebagai kendaraan alternatif, atau memilih masuk ke "Big Five" partai besar?.
Di PUI Abdullah Amas masih tercatat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan DPP PUI (Partai Ummat Islam) namun PUI sendiri memastikan "mengasingkan diri" dari pertarungan Politik 2029.
Warna Ideologis
Secara Ideologis Abdullah Amas adalah Neo-MASYUMI tapi untuk menampung Massa Nasionalis dia telah membuat Front Marhaen Bung Abdullah Amas dan Warga NU ditampung di NAHDLATUL UMMAH INDONESIA (NU Indonesia) serta Muhammadiyah di Organ-Organ yang dibentuknya seperti NTI (Nasional Tani Islam), Jaringan Alumni Muda Himpunan Mahasiswa Islam (JAM-HMI), Majelis Abdullah, PARMUSLIM (Persaudaraan Muda Muslim),Majelis Masyumi Indonesia, LDKUI (Lembaga Dakwah Kemuliaan Ummat Islam) dan seterusnya.


Posting Komentar