Reformasi PBNU Di Era Gus Yahya
Di samping perubahan tatakelola PBNU yg saya unggah di status saya baru saja di bawah Ketum Gus Yahya, berikut beberapa catatan perubahan lain yg mungkin "meresahkan" sebagian pengurus:
1. Ketika Ketum datang ke daerah utk urusan NU apapun dan juga di acara-acara Lembaga dan Banom NU, tidak seperti tradisi sblmnya, GY menolak diberi amplop yg isinya uang, bahkan seringkali sangat banyak. Bahkan beliau melarang org PBNU ke daerah menerima amplop dr pengurus daerah, pengurus Banom dan Lembaga kecuali ada tugas lain selain tugas PBNU mslnya mengisi penganjian atau seminar dll. karena kedatangan tugas PBNU dibiyai oleh PBNU;
2. Gus Yahya juga membagi tugas-tugas keluar secara merata, misalnya pengajian ke daerah2 diberikan pengaturannya kepada Waketum Bidang Agama; dalam hubungan politik dan BUMN diberikan kepada Sekjen dan Bendum. Gus Yahya hanya mengambil yg benar2 strategis, baik di dalam maupun di luar negeri. Menurut pengakuannya dia ingin fokus pada penataan organisasi sdgkan pengajian, seminar, negosiasi politik sudah banyak ahlinya. Namun kebijakan dan kepercayaan itu tampaknya menimbulkan efek lain, penguasaan oleh petugas itu yg diduga utk kepentingan tertentu.
Tiga tahun Gus Yahya dirayu utk datang ke Tiongkok, dia mau kalau bisa bertemu minimal Perdana Menteri kalau bisa presiden, kalau tidak dia utus pengurus yang lain. Tidak mau ke Tiongkok hanya utk rekreasi, ujarnya
3. Pengurus PBNU tidak bisa main sendiri-sendiri kerjasama dg Kementrian atau Swasta tanpa melalui proses di PBNU. Siapapun yg biasa bermain sendiri terhalang oleh aturan ini. Maka ada yg bilang, dulu NU banyak kegiatan dg Kementrian, ya memang karena setiap pengurus bisa main sendiri-sendiri. Sekarang harus terkoordinasi.
Maka, kadang ada tuduhan sombong kepada Gus Yahya karera tidak hadir di banyak event bahkan di luar negeri karena tugas itu diberikan kepada pengurus lain yg dianggap cukup mampu.
Wallahu a'lam.
( Ahmad Suaedy)


Posting Komentar