PPP Alami Dualisme, Agus Dan Mardianto Saling Klaim Pemenang Pemilihan Ketua Umum PPP
PPP Alami Dualisme, Agus Dan Mardianto Saling Klaim Pemenang Pemilihan Ketua Umum PPP
Agus Suparmanto dalam sebuah berita menyusul Mardiono mengklaim terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam forum Muktamar X di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara.
Pernyataan bahwa terpilih Agus disampaikan oleh Pimpinan Sidang Paripurna VIII Qoyum Abdul Jabbar.
"Aklamasi Pak Agus Suparmanto merupakan kehendak Muktamar dan aspirasi Muktamirin ini yang menentukan keputusan," jelas Qoyum saat ditemui, Minggu (28/9) dini hari.
Selanjutnya, kata Qoyum, ketua umum terpilih bersama dengan para formatur akan segera menyusun kepengurusan.
"Ketua umum terpilih bersama formatur akan segera menyusun kepengurusan dengan mengakomodir kekuatan PPP," katanya.
Dia pun menyayangkan klaim sepihak dari pihak Plt Ketua Umum Mardiono.
"Masa argumentasi aklamasi hanya dengan absen, ya enggak bisa seperti itu," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sidang hari ini berjalan dengan lancar hingga terpilihnya Agus Suparmanto secara aklamasi.
"Bisa kita lihat, buktinya tidak ada apa-apa, peserta Muktamirin suka cita, ini fakta yang berbicara," tandssnya.
Sementara itu, Ketua Umum PPP terpilih Agus Suparmanto mengatakan kemenangan dirinya bukan tujuan akhir.
"Kita akan meraih kemenangan berikutnya, yaitu bagaimana PPP ini bisa kembali ke Senayan," tandasnya.
Muktamar PPP Tak Sehat, Mardi Dan Agus Saling Klaim Beda Soal Penetapan Ketua Umum Terpilih
Pernyataan pemimpin sidang bahwa peserta Muktamar PPP telah aklamasi Mardiono memperoleh polemik. Kubu Agus P menilai itu hanya klaim sepihak.
Sayidi,Pengamat Politik dari The Future Institute menyebut bila itu terjadi pembelahan di PPP pasca Muktamar akan membesar bila Mardiono kembali terpilih dengan keluarnya barisan Pro Agus P
"Ini nanti ranahnya ke Hukum mana yang diakui Pemerintah"ujar Sayidi yang juga Koordinator Poros Akar Rumput Selamatkan PPP (PARSEL PPP) yang juga Koordinator Front Massa Organisasi Pendiri PPP (FORPPP).
PARSEL dan FORPPP sepakat membentuk AMAS PPP (Aliansi Massa Militan Partai Persatuan Pembangunan) untuk melanjutkan visi misi perjuangan di PPP terserah siapapun yang terpilih sebagai Ketua Umum
Yuk Kita Baca Tulisan lain soal Muktamar ;
Kisah Partai Ka’bah, Satu Muktamar, Dua Aklamasi
Cerita politik memang tak ada habisnya. Ndak partainya, ndak kadernya, ada saja peelnya. Kadang asyik juga jadi tontonan sambil seruput kopi tanpa gula, wak. Seperti partai Ka’bah atau PPP ini sedang menggelar Muktamar di Ancol. Simak cerita dan narasinya!
Sejarah akan mencatat, pada 27–28 September 2025, Pantai Ancol bukan hanya tempat keluarga menikmati jagung bakar, tapi juga laboratorium absurd politik. Di sana, Muktamar X PPP melahirkan bukan satu, tapi dua ketua umum sekaligus. “Lah, camane ceritenye, wak?”
Duduk yang manis, pesan kopi agar makin seru ceritanya. Muktamar hasilkan dua pemimpin. Kembar, tapi bukan karena bayi tabung, melainkan karena aklamasi tabrakan. Bayangkan logikanya. Muhammad Mardiono diketuk palu aklamasi pada hari pertama, 27 September. Semua prosedur katanya sahih, 1.304 muktamirin, 28 DPW, mayoritas DPC, hadir, menatap AD/ART dengan penuh cinta. Palu sidang Amir Uskara pun jatuh, tok, dan jadilah Mardiono ketua umum.
Lalu entah kenapa, keesokan dini hari, 28 September, muncullah Agus Suparmanto dengan aklamasi versi lain, dipimpin Qoyum Abdul Jabbar. Agus menunjukan KTA PPP, DPW-DPC ikut mendukung, dan… tok! lagi. Lahir ketua umum kedua. Satu muktamar, dua palu, dua aklamasi. Filosofinya? Demokrasi Indonesia ternyata punya paket buy one get one free.
Drama ini makin megah karena dibuka dengan adegan lempar kursi. Kursi, lambang kekuasaan sejati di republik ini, tidak lagi diduduki, tapi dijadikan senjata. Kursi melayang, tangan mengayun, suara teriak bercampur sholawat. Malaikat pencatat amal bingung, ini pahala apa dosa? Yang jelas, beberapa kader harus dibawa ke rumah sakit. PPP pun buru-buru berkilah, ada penyusup. Entah siapa, mungkin agen rahasia partai sebelah, atau mungkin tukang parkir yang tersesat. Laporan ke polisi pun dibuat, seolah kursi yang terbang punya KTP.
Tentu, calon lain seperti Husnan Bey Fananie dan Agus Suparmanto sebenarnya sudah disebut-sebut sejak awal. Tapi karena hanya Mardiono yang hadir secara fisik pada hari pertama, AD/ART berkata, “selamat, Anda sah.” Dua lainnya gugur otomatis, persis lomba cerdas cermat di mana peserta tak hadir dianggap nol. Namun, drama ini berubah total ketika dini hari tiba. Ternyata, di balik layar, Agus tetap bisa menyalakan mesin aklamasi sendiri. Ini seperti pertandingan sepak bola di mana wasit sudah meniup peluit, skor sudah tercatat, tapi tiba-tiba penonton turun ke lapangan, bawa bola sendiri, bikin gol lagi, lalu mengklaim piala.
Mardiono dengan khidmat meminta maaf karena PPP gagal lolos ke Senayan pada 2024. Ia bilang konflik internal penyebab utama. Agus, tentu, juga punya ambisi mulia, membawa partai kembali ke DPR. Jadi bayangkan, dua supir berebut setir mobil rusak, bensinnya habis, bannya kempes, tapi keduanya yakin bisa menyalip Ferrari.
Sebagai klimaks, PPP tetap mengundang Presiden Prabowo dan Wapres Gibran ke penutupan muktamar. Bayangkan Prabowo duduk di depan, lalu panitia memperkenalkan, “Hadirin sekalian, ini Ketua Umum PPP: Muhammad Mardiono. Dan yang ini, Agus Suparmanto. Dua-duanya sah.” Publik bengong, mungkin berharap akan ada duel tinju politik yang lebih seru dari UFC.
Kalau ditarik ke filsafat, PPP sedang menciptakan teori baru, “Aklamasi Kuantum.” Sama seperti kucing Schrödinger, dalam kotak muktamar, PPP punya dua ketua sekaligus: Mardiono hidup, Agus juga hidup. Yang mati? Logika.
Muktamar X ini bukan hanya forum politik, tapi juga seni pertunjukan. Ada drama kursi terbang, ada ritual doa malam sederhana, ada undangan elite negara, ada dua palu, dua ketua, satu partai, nol kursi DPR. Sebuah tragedi-komedi yang akan dikenang sebagai opera paling absurd dalam sejarah politik tanah air.
#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Posting Komentar