Pendongkelan Ijeck Berpotensi Jadikan Sumut Kuburan Politik Bahlil
Tragedi Ijeck: Sumatera Utara Berpotensi Jadi "Kuburan Politik" Bahlil Lahadalia!
MEDAN – Langkah politik Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang dinilai mulai meminggirkan sosok Musa Rajekshah—akrab disapa Ijeck—di Sumatera Utara memicu gelombang perlawanan hebat. Kebijakan ini disebut-sebut sebagai blunder besar yang bisa mengubah peta politik nasional, bahkan menjadikan Sumut sebagai "kuburan politik" bagi Bahlil.
Peringatan keras ini disampaikan langsung oleh Koordinator Nusantara Save Ijeck (NSI), Abdullah Amas. Menurutnya, Ijeck bukan sekadar kader biasa, melainkan simbol prestasi dan akar rumput Golkar di Sumatera Utara.
Pemimpin Berprestasi yang Disingkirkan
Abdullah Amas menilai keputusan Bahlil melengserkan atau membatasi peran Ijeck adalah bentuk ketidakadilan politik terhadap figur yang telah terbukti sukses. Di bawah kepemimpinan Ijeck, Golkar di Sumatera Utara mengalami kenaikan signifikan dalam perolehan suara dan kursi legislatif.
"Ijeck adalah sosok pemimpin yang tidak hanya berprestasi di atas kertas, tapi sangat mengakar di hati masyarakat Sumatera Utara. Melengserkan figur sekharismatik beliau adalah langkah bunuh diri politik bagi Bahlil," tegas Abdullah Amas dalam keterangannya hari ini.
Sumut: Medan Tempur yang Berbahaya
NSI memperingatkan bahwa Sumatera Utara memiliki karakteristik pemilih yang sangat loyal terhadap pemimpin yang dianggap telah berbuat nyata. Jika aspirasi pendukung Ijeck diabaikan, maka loyalitas kader di bawah terancam runtuh.
Akar Rumput Solid: Pendukung Ijeck tersebar hingga ke pelosok desa di Sumut.
Sentimen Daerah: Ada persepsi bahwa "orang pusat" mencoba mengintervensi kearifan politik lokal yang sudah berjalan sukses.
Ancaman De-Golkarisasi: NSI khawatir pemilih Golkar akan beralih jika figur kesayangan mereka terus ditekan.
Pesan untuk Bahlil Lahadalia
Amas menekankan bahwa Bahlil seharusnya merangkul kekuatan seperti Ijeck untuk memperkuat partai, bukan justru melakukan "pembersihan" yang kontraproduktif.
"Jika Bahlil tetap memaksakan kehendak untuk meminggirkan Ijeck, jangan kaget jika Sumatera Utara akan menjadi saksi bisu runtuhnya wibawa kepemimpinan Bahlil. Ini bukan sekadar gertakan, ini adalah realita dari akar rumput yang terluka," pungkasnya.


Posting Komentar