Koalisi Partai Islam Kritik Demokrat soal Pilkada: Sebut Partai Plin-plan dan Terancam Terisolir
JAKARTA – Gelombang kritik tajam mulai menghantam Partai Demokrat terkait inkonsistensi sikap mereka dalam koalisi pemerintahan, terutama mengenai isu pengembalian mekanisme Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ke DPRD. Koalisi Partai Islam hingga lembaga pengamat politik menilai Demokrat tengah berada dalam posisi berbahaya yang bisa membuat mereka terisolir dari kawan koalisi maupun rakyat.
Inkonsistensi yang "Menggerus" Suara
Kritik pedas datang dari Cahayani, pengamat dari Lembaga Abdullah Amas Strategic (Lembaga AAS). Ia menyoroti sikap Demokrat yang dianggap tidak seragam dengan koalisi pemerintah yang cenderung mendorong Pilkada via DPRD.
"Dari dulu Demokrat suka cari aman dan plin-plan, makanya suara terus tergerus," tegas Cahayani. Menurutnya, dengan posisi mentereng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Menko Infrastruktur, Demokrat seharusnya menunjukkan kekompakan dan sikap uniform (seragam) di dalam koalisi, bukan justru menunjukkan perbedaan pendapat yang membingungkan publik.
Koalisi Partai Islam: "Demokrat Tak Lagi di Hati Rakyat"
Senada dengan Lembaga AAS, Koalisi Partai Islam yang terdiri dari Partai MASYUMIKU, PSII (Partai Spirit Islam Indonesia), Partai Islam Berkarya, dan PEDIKA (Partai Peduli Kependidikan) turut memberikan peringatan keras.
Koordinator Koalisi Partai Islam, Abdullah Amas, menilai bahwa basis massa Demokrat kini kian rapuh. Ia menganggap kegemaran Demokrat untuk berbeda pendapat di internal koalisi akan menjadi bumerang bagi masa depan partai berlambang bintang mersi tersebut.
"Demokrat sudah tak mendapat tempat di hati rakyat. Basisnya rapuh, ditambah sering berbeda pendapat di koalisi. Hal ini akan membuat posisi Demokrat terisolir," ujar Abdullah Amas dalam keterangannya.
Ancaman Menjadi Partai Terisolir
Amas menambahkan bahwa posisi Demokrat saat ini sangat riskan. Sebagai partai yang perolehan suaranya kini berada di level "papan tengah", sikap yang tidak tegas justru akan mempercepat penurunan elektabilitas mereka.
"Bayangkan, jadi partai besar tapi terisolir saja sudah sangat berbahaya, apalagi ini partai yang suaranya terus mengecil sebagai partai papan tengah. Jika terus begini, mereka bisa kehilangan relevansi di peta politik nasional," tambah Amas.
Kini publik menunggu, apakah Partai Demokrat akan menyelaraskan langkah dengan koalisi pemerintah dalam isu Pilkada via DPRD, atau tetap bertahan dengan sikap "tengah" yang oleh para kritikus disebut sebagai strategi "cari aman".
Apakah Anda ingin saya membuatkan infografis atau poin-poin ringkasan untuk dibagikan ke media sosial terkait artikel ini?


Posting Komentar