Bila Incar Tommy Soeharto Jadi Ketua Dewan Pembina, Ambil Alih Basis Nasionalis dan Soehartois! PKS Perlu Gebrakan Radikal Agar Jadi Partai Papan Atas
Bila Incar Tommy Soeharto Jadi Ketua Dewan Pembina, Ambil Alih Basis Nasionalis dan Soehartois!
PKS Perlu Gebrakan Radikal Agar Jadi Partai Papan Atas
– Partai Keadilan Sejahtera (PKS) didorong untuk segera melakukan langkah politik yang terbilang radikal dan berani guna memperluas basis pemilihnya. Direktur The Future Institute, sekaligus mantan petinggi PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Abdullah Amas, secara terbuka menyarankan agar PKS mengambil langkah strategis dengan menggandeng tokoh nasional kharismatik, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, sebagai Ketua Dewan Pembina DPP PKS.
Usulan ini, menurut Amas, bukan sekadar manuver politik biasa, melainkan sebuah strategi jitu untuk mendobrak batasan basis massa PKS yang selama ini identik dengan kelompok Islam modernis atau santri. Tujuannya jelas: merebut dan menyatukan basis pemilih Nasionalis dan kelompok Soehartois (loyalis Orde Baru) ke dalam kapal PKS.
Analisis Strategi: Menjembatani 'Nasionalis' dan 'Religius-Konservatif'
Abdullah Amas menilai bahwa PKS berada di posisi yang unik untuk melakukan ekspansi ideologis. PKS, sebagai partai berbasis massa religius-konservatif yang solid, perlu menunjukkan kemampuannya untuk merangkul spektrum politik yang lebih luas demi mencapai kekuasaan yang lebih besar.
"PKS harus berani melakukan ekspansi besar-besaran. Basis religius PKS sudah kuat. Sekarang saatnya menunjukkan PKS adalah partai yang benar-benar mewakili kepentingan seluruh rakyat Indonesia, termasuk kelompok yang selama ini merasa terwakili oleh figur-figur Nasionalis-Konservatif," ujar Amas.
Figur Tommy Soeharto dinilai memiliki daya tarik yang sangat kuat di dua kantong pemilih yang strategis:
Basis Nasionalis-Kharismatik: Sebagai putra dari Presiden ke-2 RI, Soeharto, Tommy mewarisi nama besar yang masih memiliki resonansi kuat di kalangan masyarakat. Nama Soeharto sering dikaitkan dengan stabilitas, pembangunan, dan ketegasan, sentimen yang masih dicari oleh sebagian pemilih tradisional.
Basis Soehartois (Loyalis Orde Baru): Kelompok ini adalah basis massa yang fanatik dan militan, yang mendambakan kembalinya figur yang merepresentasikan "masa keemasan" Orde Baru. Menggandeng Tommy akan secara otomatis mengaktivasi dan menarik loyalitas kelompok ini secara masif.
Kepemimpinan Tommy sebagai 'Kunci' Pembuka Pintu
Posisi Ketua Dewan Pembina merupakan jabatan yang sangat strategis dalam struktur partai, berwenang memberikan arahan dan nasihat tertinggi. Penempatan Tommy Soeharto di posisi ini akan memberikan sinyal kuat kepada publik bahwa PKS serius dalam bermanuver di luar 'zona nyaman' ideologisnya.
"Dengan Tommy Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina, PKS akan menjadi jembatan antara semangat religius-konservatif dan nasionalis-konservatif. Ini akan menjadi game changer politik. Secara elektoral, dampaknya akan sangat signifikan, berpotensi melipatgandakan perolehan suara PKS," tegas Amas.
Amas menambahkan bahwa tokoh sekelas Tommy Soeharto memiliki track record sebagai pengusaha dan politisi yang tidak bisa dipandang sebelah mata, menjadikannya figur yang ideal untuk diandalkan dalam menavigasi strategi politik tingkat tinggi.
Tantangan dan Risiko Politik (High Risk, High Return)
Tentu, langkah radikal ini bukannya tanpa risiko. PKS harus siap menghadapi kritik, baik dari internal maupun eksternal, terkait pergeseran citra dan ideologi.
Tantangan Internal: Sebagian kader PKS mungkin mempertanyakan penunjukkan figur yang tidak berasal dari latar belakang gerakan Islam.
Tantangan Eksternal: PKS harus mampu meyakinkan publik bahwa kolaborasi ini murni demi kepentingan nasional dan bukan sekadar kalkulasi politik pragmatis semata.
Namun, Amas berpendapat bahwa potensi keuntungan elektoralnya jauh lebih besar daripada risikonya. Di tengah persaingan politik yang makin ketat, PKS membutuhkan sebuah langkah shock therapy untuk memecah kebuntuan basis massa.
Kesimpulan:
Usulan menjadikan Tommy Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina adalah sebuah tawaran yang berani dan ambisius. Jika PKS berani mewujudkan saran Abdullah Amas ini, mereka tidak hanya akan memperluas basis, tetapi juga berpotensi mengubah lanskap perpolitikan Indonesia, menyatukan kekuatan religius dan nasionalis dalam satu naungan besar. Ini adalah langkah high risk, high return yang bisa membawa PKS menuju kekuasaan yang lebih masif


Posting Komentar