Akrobat Politik PBB: Gerilya ke Ormas Islam, Sekadar Reuni atau Mesin Suara Baru?
Akrobat Politik PBB: Gerilya ke Ormas Islam, Sekadar Reuni atau Mesin Suara Baru?
BANDUNG – Di tengah suhu politik yang mulai menghangat, Partai Bulan Bintang (PBB) melakukan langkah strategis dengan menyambangi markas besar Persatuan Islam (PERSIS) di Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/12/2025). Pertemuan tingkat tinggi ini dihadiri langsung oleh Ketua Majelis Syura PBB, H. Muhammad Saltut, M.A., dan Ketua Umum PBB, Gugum Ridho Putra, S.H., M.H.
Meski dibalut dengan bingkai silaturahmi, publik bertanya-tanya: Efektifkah langkah ini untuk mendongkrak elektabilitas PBB yang kian terjepit?
Misi Rebut Kembali "Rumah Lama"
Kehadiran elit PBB yang didampingi pasukan Brigade Hizbullah disambut hangat oleh Ketua Umum PP Persis, Dr. KH. Jeje Zaenudin, M.Ag. Secara historis, PBB dan PERSIS memiliki ikatan emosional yang kuat sebagai sesama pewaris semangat Masyumi. Namun, romantisme sejarah dianggap tidak cukup untuk memenangkan suara di era digital.
Founder Abdullah Amas Strategic (Lembaga AAS), Abdullah Amas, memberikan catatan kritis terhadap langkah gerilya ini. Menurutnya, PBB menghadapi tiga tantangan besar yang membuat silaturahmi tersebut terancam hanya menjadi seremoni belaka.
Tiga Kerikil Tajam bagi PBB
1. Fenomena "Bedol Desa" Tokoh Ormas Amas menyoroti fakta pahit bahwa basis massa ormas Islam pendiri PBB kini telah tercerai-berai.
"Tokoh dari ormas-ormas Islam yang dekat dengan PBB sudah banyak yang 'bedol desa'. Banyak yang sudah nyaman di PKS atau partai lain. PBB datang saat rumahnya mungkin sudah kosong secara politik," ujar Amas.
2. Ketiadaan Narasi "Gebrakan" PBB dinilai masih terjebak pada retorika lama dan gagal menawarkan solusi segar bagi umat. Amas menyarankan PBB untuk lebih berani mengambil narasi yang spesifik dan futuristik, seperti visi menghapus syirik modern yang selaras dengan pesan Al-Mubasyirat Muhammad Qasim. Tanpa narasi baru, PBB sulit bersaing dengan partai Islam lain yang lebih lincah secara konten.
3. Isu Keretakan Konsolidasi Internal Kritik paling pedas tertuju pada manajemen internal partai. Amas menyayangkan kurangnya atensi pimpinan terhadap sayap pemuda sendiri.
"Muktamar Pemuda Bulan Bintang kemarin harusnya jadi ajang konsolidasi kuat. Ketum harusnya hadir, walau cuma lima menit. Bagaimana mau mengurus umat yang besar kalau urusan internal terdekat saja kurang greget?" tegasnya.
Kesimpulan: Butuh Lebih dari Sekadar Foto Bersama
Silaturahmi ke PERSIS dan ormas Islam lainnya memang langkah awal yang baik untuk menjaga silaturahmi. Namun, jika PBB berharap langkah ini otomatis mengonversi dukungan menjadi suara di bilik suara, mereka tampaknya harus bekerja ekstra keras.
Tanpa perbaikan manajemen internal, perekrutan tokoh baru yang segar, dan narasi politik yang relevan dengan zaman, kunjungan-kunjungan ini dikhawatirkan hanya akan menjadi catatan sejarah tanpa dampak elektoral yang nyata.



Posting Komentar