FB Adipati Kencana : Mekanisme MBG Sudah Yang Terbaik
MBG
Sudah menyajikan 1.100.000.000 lebih porsi makanan. Kemudian ketika muncul kasus keracunan 5.000an porsi, ada pihak yang ingin merubah format MBG, misalnya uangnya dikasih ke ortu masing-masing atau diserahkan penyelenggaraanya ke sekolah atau pihak lain selain BGN. Ada juga yang minta dihentikan sementara dan ada pula yang minta distop permanen.
Keberhasilan yang mencapai 99,99% seperti tak berarti dihadapan kegagalan yang 0,00%. Betul bahwa soal musibah tidak bisa dihitung dengan persentase, atau dijadikan dasar pernyataan pembenaran. Tetapi dalam hal evaluasi apapun data kuantitatif harus tetap dipake. Persentase perbandingan itu harus jadi rujukan utama.
Adanya masalah yg hanya 0,00% tsb memang harus jadi dasar pembenahan atau perbaikan. Tetapi jangan angka sekecil itu lalu mau dirubah apalagi sampai dihentikan total yg 99,99%. Apalagi jika dibandingkan dengan sebelumnya yang NOL PERSEN atau belum ada sama sekali, tentu pencapaian ini menjadi 100% mutlak.
Format pelaksanaan MBG yang sekarang ini adalah hasil pemikiran orang-orang pinter di pemerintahan. Juga hasil dari pemantauan pelaksanaan program sejenis di berbagai negara, seperti Brazil dan Swedia. Dan pastinya, pelaksaan sekarang ini sebelumnya sudah didahului oleh rangkain UJI COBA. Bukan tiba-tiba diterapkan.
Juga soal SUMBER ANGGARAN, kenapa sebagian besar diambil dari Dana Pendidikan dan bukan dari Dana Pertahanan? Kenapa kemudian ditambah dari Dana Kesehatan bukan dana Ketahanan Pangan. Dan sisanya diambil dari Dana Ekonomi bukan dari dana BLT? Semua itu ada pertimbangan hukum. Bukan asal comot. Saya juga cukup tau dan paham bukan asal nulis.
Kenapa tidak diserahkan ke sekolah masing-masing? Mengawasi dan mengkordinir 10.000 SPPG aja pemerintah sdh cukup repot. Apalagi jika harus mengawasi dapur di 439.784 sekolah si seluruh Indonesia. Dan untuk membangun dapur umum (SPPG) sebanyak itu adalah investasi rakyat. Jika tidak maka pakai APBN Rp. 30 Triliunan, lahan korupsi lagi nih. Bagaimana nanti di 2026 ada 30.000 SPPG, 90 Triliun buat dapur dan peralatan doang. Lalu bagaimana dengan 146.257 sekolah swasta? Pake APBN juga?
Kenapa pake peralatan mahal, kan bisa sederhana seperti Jumat Berkah?
Memang ini program mahal dan mewah tidak bisa dilakukan diwujudkan dengan cara sederhana. Jika disajikan pake Stereo Foam bisa dibayangkan PULUHAN JUTA sampah stereo foam setiap hari. Dalam 3-5 tahun Indonesia akan "Darurat Stereo Foam".
Intinya, pemerintah berada dalam posisi yang berbeda dengan rakyat, sehingga punya sudut pandang yang berbeda, maka aka melihat sesuatu dengan cara dan bentuk yang berbeda juga.


Posting Komentar