Tawaran Program "Burung Ababil" Untuk Selamatkan Partai Ka'bah
Tawaran Program Ababil Bagi Partai Ka'bah
Burung Ababil identik dengan burung yang dikirim Allah buat melindungi Ka'bah dari Pasukan Gajah. Bagi PPP Perlu Program ABABIL, atau operasi ababil untuk melindungi Partai Ka'bah ini diantaranya
Pertama, PPP menjadi Partai Terdepan meneguhkan Tauhid murni sehingga pertolongan Allah diberikan Bagi Partai ini
Kedua, membentuk unit-unit khusus pelayanan rakyat misal Bulan Sabit Merah Persatuan Pembangunan di bidang Kesehatan atau Pos Ketahanan Persatuan Pembangunan Keluarga
Ketiga, Mengkonsolidasikan tanpa henti setiap DPW dan DPC oleh pengurus Pusat
Keempat, mempererat komunikasi dengan dua Ormas Islam terbesar yaitu NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya yang relatif besar seperti Hidayatullah, Persis dan lain-lain
Keempat, mengembalikan program menarik bagi Millenial dan Gen-Z yang pernah digulirkan oleh AMK (Angkatan Muda Ka'bah).
-----
Sebuah tulisan lain memberi ulasan ;
Gus Yasin Kiblat Persatuan: Meneguhkan Jatidiri PPP Menuju Senayan 2029
Pendahuluan
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai salah satu partai Islam tertua di Indonesia tengah menghadapi tantangan eksistensial yang serius. Setelah terpental dari Senayan dalam Pemilu 2024, banyak kalangan menyuarakan perlunya pembenahan menyeluruh, baik dari segi kepemimpinan maupun penguatan basis ideologis dan kultural partai. Dalam situasi krisis ini, nama K.H. Taj Yasin Maimoen Zubair atau yang lebih dikenal dengan "Gus Yasin", kembali mengemuka sebagai figur sentral yang dianggap mampu menjadi kiblat persatuan dan harapan baru bagi PPP.
Gus Yasin: Warisan Darah dan Spirit Mbah Moen
Gus Yasin adalah putra dari KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), ulama besar sekaligus tokoh karismatik PPP yang sepanjang hidupnya menjadi simbol moral dan spiritual partai. Mbah Moen bukan hanya dihormati oleh kalangan Nahdliyin, tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, lintas golongan dan politik.
Kharisma dan ketokohan Mbah Moen melekat kuat di hati akar rumput PPP. Bagi mereka, PPP bukan hanya soal kekuasaan politik, tetapi juga soal perjuangan menjaga nilai-nilai Islam moderat, nasionalisme, dan moralitas dalam perpolitikan nasional — nilai-nilai yang diperjuangkan Mbah Moen seumur hidupnya.
Sebagai penerus darah dan semangat Mbah Moen, Gus Yasin kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah 2024–2029. Sosoknya dikenal santun, religius, namun tegas. Ia menjadi jembatan antara nilai-nilai tradisional yang dipegang PPP dan tuntutan modernisasi partai dalam konteks demokrasi saat ini.
2. Luka Muktamar Makassar 2020: Titik Balik Keterpurukan
Dalam Muktamar PPP yang digelar di Makassar tahun 2020, Gus Yasin mendapat perlakuan yang dinilai tidak pantas oleh banyak kader dan simpatisan. Sebagai figur yang memiliki legitimasi moral dari akar rumput, penyingkiran Gus Yasin secara politis dianggap sebagai bentuk arogansi elite partai yang hanya berpikir pragmatis dan transaksional.
Perlakuan tersebut memunculkan luka kolektif bagi kader di tingkat bawah. Mereka merasa tokoh panutan mereka tidak dihargai, bahkan disingkirkan dengan cara yang tidak elegan. Akibatnya, PPP seperti kehilangan "roh"-nya. Tanpa figur pemersatu seperti Gus Yasin, PPP kehilangan arah dan pegangan, terutama bagi para pemilih loyal yang sejak awal menjadikan Mbah Moen sebagai sumber inspirasi perjuangan.
3. Keterpurukan PPP dalam Pemilu 2024: Bukti Krisis Kepemimpinan dan Identitas
Kehadiran tokoh-tokoh nasional seperti "Muhammad Mardiono" dan "Sandiaga Uno", meski membawa kapital politik dan ekonomi yang besar, ternyata tidak cukup mengangkat perolehan suara PPP. Dalam Pemilu 2024, partai ini gagal memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) dan harus angkat kaki dari Senayan — sebuah catatan kelam dalam sejarah panjang PPP.
Fakta ini mengindikasikan bahwa PPP tidak bisa hanya mengandalkan modal materi dan popularitas. Akar kultural partai ini terlalu dalam untuk digantikan oleh strategi elektoral semata. Tanpa tokoh panutan yang memiliki legitimasi spiritual dan moral di tengah masyarakat, PPP akan terus kehilangan daya tarik di hadapan pemilih tradisionalnya.
4. Muktamar X September 2025: Momentum Rekonsiliasi dan Kebangkitan
Muktamar ke-10 PPP yang akan digelar pada "September 2025" menjadi titik krusial bagi masa depan partai. Dalam muktamar ini, "Gus Yasin kembali terpanggil", kali ini sebagai "calon Sekretaris Jenderal", berpasangan dengan "Agus Suparmanto" — mantan Menteri Perdagangan seorang pengusaha nasional — yang maju sebagai "calon Ketua Umum".
Pasangan ini membawa harapan baru. Gus Yasin sebagai simbol moral dan kultural PPP, sementara Agus Suparmanto membawa pengalaman birokratis dan jejaring politik nasional. Kombinasi keduanya dianggap mampu menjembatani kebutuhan reformasi internal partai dengan penguatan akar kultural yang telah lama diabaikan.
5. Menatap 2029: Jalan Pulang Menuju Senayan
Dengan mengusung kembali figur seperti Gus Yasin, PPP memiliki peluang nyata untuk bangkit. Reorientasi partai ke arah "penguatan basis ideologis, penggalangan akar rumput, dan penataan struktural yang sehat", bisa menjadi modal utama untuk kembali ke Senayan di Pemilu 2029.
Namun, hal ini hanya akan terjadi jika:
- Kepemimpinan pusat tidak lagi elitis dan eksklusif.
- Tokoh-tokoh panutan dari kalangan pesantren, seperti Gus Yasin, mendapat ruang dan penghormatan layak.
- Proses kaderisasi dilakukan secara ideologis dan bukan transaksional.
- Konsolidasi nasional dilakukan bukan hanya menjelang pemilu, tetapi sebagai kerja berkelanjutan.
Penutup
PPP membutuhkan pemimpin yang bukan hanya bisa mengelola organisasi, tetapi juga menyatukan hati dan harapan jutaan kader dan simpatisannya. "Gus Yasin", dengan warisan moral dari Mbah Moen, bukan sekadar simbol nostalgia, tetapi potensi nyata untuk membangun kembali jati diri partai yang telah lama tercerai-berai.
"Kiblat Persatuan" yang dibawa Gus Yasin bukan hanya slogan politik, melainkan harapan akan lahirnya kembali PPP sebagai partai Islam yang kuat, moderat, dan membumi. Jika partai ini ingin kembali menjadi pemain utama dalam percaturan nasional, maka kembalinya roh PPP ke tubuhnya adalah sebuah keharusan — dan itu hanya bisa terjadi jika figur seperti Gus Yasin diberi tempat yang semestinya.
Posting Komentar