Tulisan Naniek S Deyang Tentang Kelihaian Tempur Prabowo Mengumpulkan Kekuatan Hadapi Perang Dagang Dunia
Prabowo dan Caranya Menghimpun "Kekuatan"
Saya tidak menulis sebagai pengamat atau analis wong saya bukan pengamat atau analis , saya nulis sebagai rakyat biasa saja.
Saat pertama kali saya dan Mas Budi Purnomo menginjakkan Kaki ke Hambalang sekitar tahun 2012, kami berdiskusi dengan Pak Prabowo dari pukul 4 sore sampai pukul 7 pagi ( lebih dari 12 jam), sampai Sepri beliau Mas Sudaryono ( sekarang Wamentan) gak kuat nemanin dan ia pura2 ngloyor pamit mau ke toilet padahal tidur, nanti bangun2 dia akan melihat apakah minuman atau makanan kami masih ada atau tidak.
Sejak saat itu kami yaitu saya dan Mas Budi yg kala itu menjadi pemilik beberapa media , sering diundang beliau ( Pak Prabowo) untuk berdiskusi, atau sebaliknya Pak Prabowo akan datang ke kantor kami di daerah Menteng.
Dari diskusi panjang yang terus menerus itu , akhirnya saya punya kesimpulan , "ini orang bukan hanya nasionalismenya yg gila banget, tapi juga pengetahuannya luas dan nglotok alias khatam soal geopolitik serta paham bagaimana strategi ekonomi negara lain. Pergaulannya juga luas jadi hampir semua tokoh dunia ia kenal dengan sangat baik,".
Sejak saat itu saya dan Mas Budi yg sebenarnya menjadi orang dekat Pak Jokowi , memilih "meninggalkan takdir" ( kata teman saya), lalu memilih berada di barisan Pak Prabowo sejak tahun 2013.
Oh ya salah satu dari diskusi kami dengan Pak Prabowo , dan paling saya ingat adalah , bagaimana sebetulnya Pak Prabowo ngotot minta pada Pak Harto jangan meminjam uang dari IMF ( International Monetary Fund) atau dikenal sebagai Dana Moneter Internasional saat badai krisis mulai datang yaitu di akhir tahun 2017.
Seperti di ketahui, Krisis ekonomi di Thailand pada Juli 1997 berdampak besar bagi ekonomi Indonesia. Besarnya arus modal yang keluar membuat Bank Indonesia mengikuti kebijakan sama dengan Bank of Thailand, yakni mengambangkan nilai mata uang. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun mengikuti mekanisme pasar.
Akibatnya, rupiah 'tunduk' terhadap dollar dan tidak lagi bernilai. Sejarawan M.C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2009) mencatat jika biasanya rupiah berada di kisaran Rp 2.500 per US$, maka setelahnya menurun menjadi 9% menjadi Rp 4.000 per US$. Hingga puncaknya sebesar Rp 17.000 per US$ di awal tahun 1998.
Saat Rupiah mulai melemah, Pak Harto yang selama memimpin tidak pernah mengalami gejolak dolar AS, tentu pening tujuh keliling.Dari luar negeri Pak Harto mendapat telepon khusus dari Bill Clinton (Presiden AS), Helmut Kohl (Kanselir Jerman), dan Hasmimoto Ryutaro (PM Jepang), yang semuanya mendesak Soeharto atas hal sama: segera mendaftarkan diri menjadi pasien International Monetary Fund (IMF).
Terjadi pro kontra di dalam negeri, sebagian ekonom setuju kita jadi pasien IMF sebagian lagi tidak setuju karena terbukti resep -resep yg diberikan IMF sebagai syarat kita dapat pertolongan atau pinjaman seperti diberikan kepada negara lain, ternyata tidak mujarab! Malah negara -negara tersebut terjebak menjadi negara bangkrut.
Menantu Pak Harto, Letjen TNI Prabowo Subianto termasuk yg meminta Pak Harto jangan meminjam dari IMF, karena meski Prabowo yang kala itu masih menjabat sebagai Danjen Kopassus , namun sebetulnya dia mengetahui bahwa ada "misi" dibalik dipaksanya Indonesia menjadi pasien IMF, yaitu pelangseran Pak Hartondengan alasan terjadi krisis.
Tak hanya melarang meminjam pada IMF, Prabowo juga berjanji mencarikan solusi pengganti dana dari IMF. Kalau IMF berjanji memberikan pinjaman 43 miliar dolar AS, Prabowo bersedia akan mencarikan ganti hingga 60 miliar dolar AS. Dari mana Prabowo mendapatkan komitmen tersebut? Dari negara-negara Timur Tengah terutama Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar dll. Prabowo yang mengenal dengan baik para pemimpin di Timur Tengah, bukan hanya dijanjikan tapi sdh membuat komitmen. Artinya kalau duit IMF gak masuk, pinjaman dari negara2 di Timteng akan masuk.
Sayanynya Pak Harto belum mempercayai menantunya yg dianggap masih "pupuk bawang" itu. Padahal Prabowo justru mengetahui ada udang dibalik batu dari pemimjaman duit IMF itu. Prabowo juga mengingatkan bahwa Malaysia meski terkena imbas krisis Thailand juga tidak mau menerima dana dari IMF.
Sayang Pak Harto dikepung para komprador yg menggosok -gosok harus pinjam duit dari IMF, padahal sejatinya mereka tengah MENJEBAK Pak Harto. Dan jebakan neraka utk pemerintahan Orba terjadi, saat akhirnya Kamis, 15 Januari 1998 di Cendana, datang Direktur IMF, Michel Camdessus, membawa dokumen Letter of Intent (LoI) untuk ditandatangani Pak Harto. Di hadapan awak media, Pak Harto terlihat menunduk sembari membubuhkan tanda tangan di dokumen itu.
Sementara Michel, berdiri sambil menyilangkan tangan dengan mata tertuju pada Pak Harto. Di mata orang Timur, posisi ini menunjukkan keangkuhan yang seakan memberi makna kalau Indonesia tak berdaya dan telah jatuh ke tangan IMF.
Setelah proses selesai Pak Harto melemparkan senyum yang memberi simbol kalau ekonomi negara akan pulih dalam waktu cepat, karena dana segar senilai US$ 43 miliar akan datang.
Untuk bisa menerima dana IMF, maka Indonesia harus ikut paket pemulihan ekonomi ala IMF yang secara garis besar meliputi kebijakan: 1) pengetatan sektor moneter, 2) pembenahan bank, 3) pengetatan fiskal ,4) penghapusan berbagai subsidi termasuk subsidi BBM dan subsidi ke petani, 5) Berbagai proteksi bea masuk dihapus , 6) pasar bebas dll. Namun, kenyataannya semua resep itu ternyata gagal total mengobati Rupiah, dan yang terjadi Indonesia malah terpuruk ke jurang kehancuran.
Bukan hanya Indonesia, negara -negara lain yg menjadi pasien IMF tidak ada yg selamat dari krisis, dan satu -satunya negara di Asia yg selamat hanya Malaysia , karena Malaysia menolak pinjaman dan menjadi pasien IMF!
Di dapam negeri sendiri , Rupiah makin hancur tidak bernilai. Demikian juga dengan bursa saham di Jakarta juga ikut hancur. Hampir semua perusahaan modern di Indonesia bangkrut, tabungan kelas menengah lenyap, dan jutaan pekerja diberhentikan dari pekerjaan mereka.
Mengapa bursa saham hancur ? Karena perusahaan-perusahaan konglomerasi dan perusahaan besar lainnya yg mencatatkan diri di bursa atau go public,terlena tidak melakukan hedging ( lindung nilai) utang dolar mereka, lantaran sepanjang pemerintahan Orba ( 30 tahun) dolar di posisi 1700-2500. Jadi karena mereka tidak melakukan hedging saat dolar makin perkasa, maka utang LN mereka dalam bentuk dolar makin MEMBENGKAK, bahkan akhirnya banyak perusahaan2 besar itu pada collapse alias bangkrut.
Di sisi lain rakyat mulai menjerit karena harga kebutuhan hidup dasar mulai meroket naik. Mereka mulai turun gunung ke jalanan bersama para mahasiswa. Pers yang sebelumnya membebek pada pemerintah mulai berani menerangkan situasi sesungguhnya kepada publik. Perlahan situasi yang semula krisis ekonomi berubah menjadi krisis politik, dan akhirnya Pak Harto jatuh.
Nah tidak mau mengulang 1998 , saat Indeks Harga Saham atau bursa digoyang, kemudian Rupiah dibuat loyo oleh kebijakan Trump yg berkait dengan pengenaan tarif impor AS, Prabowo pun mendadak pergi menemui PM Malaysia , Anwar Ibrahim. Sepertinya mereka berdua menyusun strategi menghadapi perang dagang ini.
Selain bertemu PM Malaysia, Prabowo pun menghubungi beberapa kepala negara di Eropa untuk membicarakan pengalihan pasar dll. Tak hanya berhenti di situ, Prabowo pun langsung road show ke Turki dan negara2 Timur Tengah.
Prabowo bak kijang , lincah ke sana - ke mari, dia menyusun "kekuatan" baru melawan hegemoni Amerika dan China, dengan cara tidak melawan , tapi mencari solusi.
Prabowo pun tidak mau dalam jebakan "melawan Amerika", dia justru mengjnstruksikan pada para menterinya agar melakukan perdagangan seimbang dengan AS, dan juga melakukan lobi2 dengan AS. Alhasil Indonesia diterima sebagai negara pertama oleh Amerika Serikat untuk melakukan lobi soal tarif dagang pada tanggal 16 April.
Untuk orang yg paham , begitu cerdiknya Prabowo , dia tidak melawan Amerika tapintidak pro ke China. Prabowo membuat kaukus sendiri sebagai kekuatan baru dengan negara2 pemilik minyak dan pemilik sumber daya alam. Dia ajak Malaysia, Turki dan beberapa negara Timteng untuk bersatu menciptakan kekuatan baru .
Lihatlah dampak dari langkah2 Prabowo, Bursa mulai tenang justru saat Prabowo mengatakan EGP dengan bursa Indonesia. Dan kini Rupiah pun juga kembali berotot.
So jangan main -main dengan Prabowo, dia ahli strategi perang , jadi kita harus bersyukur punya
Presiden mungkin tidak hanya terbaik dan terpandai di sepanjang sejarah Indonesia merdeka, tapi juga di dunia. Kelas Prabowo itu bukan Trump, tapi Xi Jinping , Erdogan, dan Putin.
Bismillah Indonesia terang benderang, kalau ada yg kurang2 dikit, kan Prabowo bukan Malaikat?
Posting Komentar