Meski Tak Koalisi Di Pilpres, PKB-PKN Puji Makan Malam Jokowi-Prabowo, Kita Semua Untuk Indonesia Maju!
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) makan malam dengan Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meyakini pertemuan itu melancarkan proses transisi pemerintahan.
"Pertemuan yang menyejukkan, karena akan semakin melancarkan proses transisi dan pelantikan Pak Prabowo nanti," kata Ketua DPP PKB Daniel Johan kepada wartawan, Rabu (9/10/2024).
Daniel menilai Jokowi dan Prabowo pasti membahas persoalan negara. Dia mengatakan hal tersebut memberi sinyal positif bahwa Indonesia akan lebih baik.
"Apalagi yang dibahas adalah kepentingan rakyat sehingga akan semakin membangun optimisme, khususnya signal positif bagi para pelaku ekonomi bahwa Indonesia akan lebih baik," katanya.
PKN Nilai Momen Tunjukkan Kerukunan
Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) menilai momen itu menunjukkan kerukunan terjalin di masa transisi. PKN menilai hal tersebut positif bagi bangsa.
"Sebuah potret transisi yang positif yang ingin ditunjukkan kedua pihak baik Pak Jokowi selaku presiden saat ini maupun Pak Prabowo selaku Presiden terpilih yang sebentar lagi akan dilantik. Publik sangat menantikan kerukunan di masa transisi agar tidak ada perpecahan dan perseteruan," kata Waketum PKN Gerry Habel Hukubun.
Dia meyakini kerukunan akan membawa kebaikan. Dia berharap proses pelantikan Prabowo berjalan lancar.
"Karena cenderung jika tidak berseteru maka kepemimpinan akan berjalan lancar, damai dan berkesinambungan serta penyempurnaan bagi hal-hal yang belum terlaksana saat ini," ujarnya.
Jokowi dan Prabowo sebelumnya makan malam berdua di di Plataran, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Selasa (8/10). Keduanya saling mengunggah foto pertemuan tersebut di Instagram masing-masing.
Jokowi mengatakan pertemuan dengan Prabowo berlangsung santai selama dua jam lebih. Sementara, Prabowo menyebut pertemuan itu diisi saling tukar pikiran antara dirinya dan Jokowi.
Hal yang sama disampaikan Ketua Umum PKN. Yuk kita kutip sebagian pesan tulisannya ;
Membangun Relasi Demokratik.
Saya termasuk yang merindukan kerukunan para pemimpin. Tidak ada perseteruan dan perpecahan.
Tapi, bukan bermakna selama sama dan seragam. Lalu terlarang untuk berbeda. Bukan begitu.
Jika pemimpin yang pergi dan datang tidak berseteru dan berkonflik, transisi kepemimpinan pasti akan berjalan lebih lancar dan tanpa gejolak.
Sebaliknya, proses transisi diliputi cuaca politik konfliktual antara yang lama dan baru, pasti terjadi “retakan sejarah” yang mengganggu proses pendakian bangsa ke tahap yang lebih tinggi.
Suasana perseteruan cenderung mendorong agar yang baru menghapus jejak yang lama, bahkan untuk hal-hal baik (prestasi) yang telah dihasilkan.
Relasi masa transisi yang konfliktual berpotensi memunculkan “demonisasi” kepada pemimpin lama. Orangnya dan hasil-hasil kerjanya bisa dipersetankan dan harus dikubur, diabaikan dan diperolokkan.
Ada episode sejarah kita yang seperti itu. Tidak asik.
Transisi yang lancar akan menyediakan cuaca kondusif bagi proses “kesinambungan dan perubahan” atau “perubahan dan kesinambungan”. Terserah pilih terminologi yang mana.
Faktanya, tidak ada kontinuitas tanpa perubahan. Bahkan untuk menjamin kontinuitas justru harus memahami dan menyesuaikan dengan perubahan, yakni keadaan2 baru yang muncul. Sebaliknya, perubahan tidak akan pernah berjalan sukses, jika alpa mempertimbangkan hal-hal baik yang justru musti dipastikan kontinuitasnya.
Karena itu, pemimpin baru patut respek kepada yang lama, termasuk dengan prestasi yang sudah dicapai.
Dalam catatan ATUM Institute PKB dan PKN tak sejalan di Pilpres dengan 02
"Tapi di Pilkada PKB dan PKN banyak sejalan dengan Pilihan Prabowo, PKB bahkan sudah resmi gabung Koalisi Indonesia Maju begitu Pilpres usai"ujar Abdullah Amas, Direktur Eksekutif ATUM Institute
Posting Komentar