"Nyungsepnya" Kapal Tongkang Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta
Anis Matta harus menggelegar bukan saja sisi narasi tapi action nyata. Agar seperti istilah yang media ini pakai dari Ustadz Nandang Burhanuddin agar yang dibangun bukan kapal tongkang yang cuma muat satu-dua anggota keluarga.
Media ini mencontohkan Partai seperti PKN justru berhasil memanjakan pengurusnya dengan menghadirkan Kantor kualitas amat representatif pertahun disewa 500 Juta dikawasan Menteng Jakarta. Tentu Partai Gelora dengan raihan yang lebih besar di Pileg harusnya "lebih royal"soal itu.
Berikut Tulisan Ustadz Nandang Burhanudin :
Narator VS Narasi
By: Nandang Burhanudin
*****
"Manusia bukan hanya mencari kesenangan atau menghindari penderitaan, tetapi yang lebih penting adalah menemukan makna." ()Viktor Frankl, seorang psikolog dan filsuf eksistensial).
Lalu apa sich yang dimaksud dengan narasi? KBBI menyebutkan, narasi adalah teks yang menceritakan peristiwa atau kejadian secara detail dan kronologis, dapat berupa fiksi maupun nonfiksi, bertujuan untuk menghibur atau memberikan wawasan kepada pembacanya, biasanya ditulis dalam bentuk novel, cerita pendek, biografi dan lain-lain.
Namun dalam ruang lingkup para filsuf, narasi lebih menghujam kepada konstruksi mental yang membentuk bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri, dunia, dan tujuan yang ingin dicapainya. Jadi narasi yang bersumber dari konstruksi mental, tidak sekadar ambisi atau impian jangka pendek, melainkan sebuah fondasi pemikiran yang membimbing setiap langkah dalam kehidupan.
Oleh karena itu, setiap manusia diwajibkan memiliki narasi hasil konstriksi dari bacaan atas dirinya, dunia dan tujuan hidup yang ingin dicapainya. Tuhan pun sudah mengaruniakan potensi luar biasa untuk setiap manusia. Maka manusia yang memiliki narasi, ia akan hidup merdeka, tidak tereduksi atau menjadi follower atas narasi manusia lainnya, selain yang bersumber dari Kitab Suci dan Sunnah NabiNya.
Makna narasi demikian, tentu bukan sekedar ceramah yang menggelegar, pidato yang berapi-api, uraian panjang lebar, atau quote-quote yang menyihir kaum awam untuk dijinakkan lalu dipergunakan demi kepentingan sesaat, baik ekonomi maupun politik, apalagi untuk sekadar menjadi batu-bata yang diinjak menaikkan posisi seseorang. Itu bukan narasi. Sebagai manusia, setiap diri kita wajib membangun identitas diri, dengan narasi yang diperjuangkan.
Nah, menariknya, jika kita merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah, Islam mengajarkan masing-masing kita untuk mempunyai narasi hidup sendiri, karena narasi dalam Islam itu bukan sekadar omon-omon atau untaian kata, namun lebih dari itu, narasi adalah sikap hidup, konstruksi mental, dan identitas diri.
Manusia tanpa narasi, disebutkan Al-Quran dan Sunnah akan menjalani hidup dengan tipikal berikut:
1. Menjalani hidup tanpa tujuan atau tujuan hidupnya dikendalikan orang lain.
2. Tidak punya prinsip, hidupnya teroambang-ambing wacana dan keputusan atau pilihan orang lain, yang sebenarnya tidak relate dengan pilihan dan keputusan hidup dirinya.
3. Merelakan hidupnya dijatah oleh sisa-sisa kasih sayang orang-orang yang ia ikuti, bukan mengais jatah yang lebih dahsyat dan lebih hebat yang disiapkan Tuhan untuk dirinya.
Narasi kapal Nuh tidak pernah salah, karena kapal yang dbangun memang untuk semua makhluk, kecuali yang menentangnya. Nuh bukan membangun kapal tongkang, yang hanya cukup untuk satu dua orang anggota keluarga.
Narasi risalah Muhammad saw tak pernah keliru. Sebab yang dibangun adalah dakwah Ilallah, Tauhid, hingga mengorbankan nyawa, harta, dan keluarga tercinta. Dakwah yang bukan memperkaya diri untuk diwariskan kepada tujuh keturunan.
Narasi-narasi para Nabi, Syuhada dan orang-orang saleh, hasil dari ekstraksi jiwa tanpa henti. Maka apa yang dinarasikan benar-benar relevan dengan naratornya.
Wajar bila Kahlil Gibran, seorang filsuf Libanon mengatakan, "Setiap kebenaran itu membutuhkan dua elemen pendukung: pertama yang menarasikannya dan yang kedua yang memahaminya."
Kini narasi-narasi kebangsaan, keagamaan, kemanusiaan, hanya indah di tataran omon-omon, cuap-cuap alias teori. Namun narasi yang bikin harapan terbang itu pun, harus bertabrakan dengan sikap mental para naratornya.


Posting Komentar