MBG (Mari Bersyukur Gan)
MBG (Mari Bersyukur Gan)
By: Nandang Burhanudin
*****
Sepuluh tahun terakhir, rakyat Indonesia disibukkan dengan debat-debat soal sosok Jokowi yang gagal merealisasikan janji-janji kampanye ketika berkuasa. Tak tanggung, 66 janji Jokowi, dipandang hanya omon-omon.
Kini, setelah racun-racun janji itu pudar, kita dipimpin Presiden Prabowo Subianto yang nampak lebih terarah dalam menjalankan pemerintahan, fokus dengan janji-janji kampanye: Makan Siang Bergizi (MBG) dan 19 juta lapangan pekerjaan.
Namun, layaknya sebuah program, tentu tak akan diterima 100%. Jangankan program manusia, program Tuhan saja yang tertulis dalam Kitab Suci dan amar-amar RasulNya, yang menerima secara sukarela tak sampai 100%. Apatah lagi ini sekedar program manusia.
Siapapun kita menolak dengan tindakan owner dapur MBG atau tim SPPG yang "alakadarnya" dan tidak mematuhi rambu-rambu yang ditetapkan BGN. Siapapun kita pasti turut berempati, berduka, ketika ratusan siswa terkena racun makanan yang disajikan.
Akan tetapi, tidak elok, jika sebagian kita malah jatuh mengolok-olok program yang dirasakan manfaatnya oleh jutaan rakyat yang kini mendapatkan nafas segar, dengan keberadaan MBG. Apa nafas segar yang dimaksud?
1. Membuka lapangan pekerjaan.
Bayangkan, untuk satu dapur MBG, pihak BGN sudah mensyaratkan rekrutmen 50 pekerja yang disebut relawan. Ada tiga orang yang digaji BGN+plus uang kerahiman dari penyelanggara MBG. Sisanya 47 orang mendapatkan gaji harian per-sepuluh hari.
Anggap saja rata-rata gaji yang didapatkan adalah 100.000 rupiah, maka rerata relawan berkenaan sudah mendapatkan pendapatan bersih di kisaran 2.4 juta perbulan. Tanpa harus "nyogok" seperti bekerja di pabrik dan tanpa harus ijazah khusus.
Jika 2.4 juta dikalikan 50 orang, maka satu titik MBG, telah mendatangkan income bagi masyarakatnya, di kisaran 15.000.000 (lima belas juta rupiah) perbulan. Hal yang patut disyukuri oleh warga dan aparat setempat, melihat masyarakatnya tidak lagi menganggur bukan?
2. Perputaran ekonomi.
Industri UMKM di tempat saya menggeliat setelah ada MBG. Pabrik tahu, tempe, petani sayuran, importir buah-buahan, penyedia susu, industri otomotif, hingga produsesn telur dan sembako, betul-betul bergairah.
Berapa bujet belanja sembako yang disarankan BGN, yaitu Rp. 10.000 rupiah perporsi. Jika ada 3000 porsi, berarti satu titik MBG telah menghidupkan roda ekonomi perbulan mencapai: 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). Jika di satu kecamatan ada 10 MBG, hampir 3 Milyar perputaran uang di kelurahan, desa dan pinggiran se-Indonesia. Fantastis bukan?
3. Masyarakat memiliki harapan.
Selama ini, sebagian besar rakyat Indonesia terjebak dalam pusaran keinginan yang tak berujung. Mirip pengangguran yang berharap ada penghasilan satu juta rupiah perbulan saja, dia berjanji pasti bersyukur. Ketika Allah Ta'ala berikan, ia berharap 5 juta perbulan dan seterusnya.
Kalau saya pribadi, lebih mendorong BGN selektif memilih dapur. Staf-stafnya jangan menjadikan perizinan dapur sebagai lahan bisnis. Jangan ada uang pelicin di depan. Jangan lengah untuk senantiasa memonitor kepala SPPG, ahli gizi dan ahli keuangan, agar tidak ada penyimpangan.


Posting Komentar