RAHASIA NAMA MUHAMMAD QASIM
Bismillahirrahmanirrahim.
*RAHASIA NAMA MUHAMMAD QASIM*
Assalamualaikum Wahai Generasi Terakhir Ummat Rasulullah Muhammad ﷺ ......
Saudaraku.......
Mari kita pelajari materi berikut dari Gurunda tercinta Ustadz Tommy Al Banjari.
Semoga ilmu kita bertambah luas tentang RAHASIA NAMA MUHAMMAD QASIM.
Masya Allah.......
Alhamdulillah......
Allahu Akbar !!!!!
Nabi Muhammad ﷺ punya nama dan gelar banyak sekali, dari sekian nama dan gelar yang paling Mahsyur adalah panggilan Muhammad di Bumi, Panggilan Ahmad Di Langit dan panggilan Abul Qasim di antara Para sahabat, panggilan ini merujuk kunyah anak laki-laki beliau yang telah wafat (Sayyid Qasim).
Khusus gelar Qasim atau Abul Qasim ini Nabi melarang kepada umat Islam untuk menggunakan nama ini sebagai nama anak atau panggilan kunyah "Abul Qasim" karena gelar ini sangat istimewa bagi Nabi saw.
Apakah ada satu rahasia hikmah hubungan antara Nama Qasim dengan nama orang yang akan ditunggu kehadirannya di akhir zaman?
Kami akan uraikan dalam beberapa riwayat untuk menemukan rahasia dari Gelar Qasim dan hubungannya dengan Nama Muhammad Qasim Bin Abdul Karim.
Hadits Pertama:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَيُّوبَ، عَنِ ابۡنِ سِيرِينَ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبَا هُرَيۡرَةَ يَقُولُ: قَالَ أَبُو الۡقَاسِمِ ﷺ: (سَمُّوا بِاسۡمِي وَلَا تَكۡتَنُوا بِكُنۡيَتِي).
'Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Ibnu Sirin. Beliau berkata: Aku mendengar Abu Hurairah mengatakan: Abu Al-Qasim—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Silakan kalian bernama dengan namaku, namun janganlah kalian ber-kunyah dengan kunyah-ku.”
(Shahih Bukhari No.3539)
Coba bayangkan, Mengapa Rasulullah saw membiarkan seseorang memakai Nama beliau tetapi melarang nama tsb beserta kunyah atau gelar Rasulullah saw Khususnya Kunyah yang mahsyur "Qasim Atau Abul Qasim", hal ini seakan nama dan sekaligus gelar ini di khususkan Untuk seseorang di kemudian hari.
Karena Jika kita menyebut Rasulullah saw. Beserta kunyah masyhurnya ini maka terbentuk nama "Muhammad Al Qasim/Muhammad Qasim atau Muhammad Abul Qasim" Namun jika kita nisbatkan kepada Al Mahdi tentu Gelar Abul Qasim tidaklah cocok, sebab jika di beri gelar abul qasim, Hingga di sebut Muhammad Abul Qasim maka menandakan Al Mahdi harus mempunyai Anak bernama Qasim.
Maka yang lebih utama adalah bernama Muhammad Al Qasim atau Muhammad Qasim.
Sebagai mana yang di sebutkan dalam hadits di bawah ini :
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا عَبْثَرٌ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ وُلِدَ لِرَجُلٍ مِنَّا غُلَامٌ فَسَمَّاهُ مُحَمَّدًا فَقُلْنَا لَا نَكْنِكَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَسْتَأْمِرَهُ قَالَ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ وُلِدَ لِي غُلَامٌ فَسَمَّيْتُهُ بِرَسُولِ اللَّهِ وَإِنَّ قَوْمِي أَبَوْا أَنْ يَكْنُونِي بِهِ حَتَّى تَسْتَأْذِنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي فَإِنَّمَا بُعِثْتُ قَاسِمًا أَقْسِمُ بَيْنَكُمْ حَدَّثَنَا رِفَاعَةُ بْنُ الْهَيْثَمِ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي الطَّحَّانَ عَنْ حُصَيْنٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فَإِنَّمَا بُعِثْتُ قَاسِمًا أَقْسِمُ بَيْنَكُمْ
Telah menceritakan kepada kami [Hannad bin As Sarri]; Telah menceritakan kepada kami ['Abtsar] dari [Hushain] dari [Salim bin Abu Al Ja'di] dari [Jabir bin 'Abdillah] ia berkata; Suatu ketika seseorang diantara kami mempunyai anak, lalu dia memberinya nama Muhammad. Maka kami berkata; 'Kami tidak akan memberikan julukan kepada kamu dengan nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga kita mendapat persetujuan beliau terlebih dahulu. Lalu orang itu datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; 'Sesungguhnya aku telah memiliki seorang anak laki-laki, dan aku memberinya nama Muhammad, namun kaumku menolak untuk memanggilnya dengan nama tersebut sehingga mendapat persetujuan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda: "Namailah dengan namaku, tetapi janganlah kalian menjulukinya dengan julukanku. Karena aku diutus sebagai Qasim (orang yang membagi) yang akan membagi di antara kalian. Telah menceritakan kepada kami [Rifa'ah bin Al Haitsam Al Wasithi] Telah menceritakan kepada kami [Khalid] yaitu Ath Thahhan dari [Hushain] melalui jalur ini juga, namun dia tidak menyebutkan; 'Karena aku diutus sebagai Qasim (orang yang membagi) yang akan membagi di antara kalian.'
(HR.Muslim No.3977)
Hadits Kedua;
حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَ أَبُو كُرَيْبٍ أَخْبَرَنَا و قَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِيَانِ الْفَزَارِيَّ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ نَادَى رَجُلٌ رَجُلًا بِالْبَقِيعِ يَا أَبَا الْقَاسِمِ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَمْ أَعْنِكَ إِنَّمَا دَعَوْتُ فُلَانًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلَا تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي
Telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin Al A’llaa’ dan Ibnu Abu ‘Umar Abu Kuraib berkata; Telah mengabarkan kepada kami, dan berkata Ibnu Abu ‘Umar; Telah menceritakan kepada kami dan lafazh ini miliknya ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Marwan yaitu Al Fazari dari Humaid dari Anas dia berkata:
Ada seseorang memanggil-manggil (orang lain) di Baqi’, katanya; “Wahai Abal Qasim!”
Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menoleh kepadanya.
Kata orang itu, “Ya Rasulullah! Bukan Anda yang kumaksud. Sesungguhnya aku memanggil si Fulan.”
Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Silahkan kalian memberi nama dengan namaku, tetapi jangan kalian memberi gelar dengan gelaranku!” (HR. Muslim No.3974).
Dalam hadits ini, menunjukkan betapa pentingnya Gelar Rasulullah Muhammad ﷺ , agar orang tidak salah memilih Siapa orang yang di maksud yang benar-benar memiliki gelar tsb.
Perlu di ketahui, Qasim itu Artinya pembagi dan Muhammad Qasim pernah bermimpi bahwa ia akan membagi-bagikan makanan atau pun uang/harta, hal ini senada dengan hadits di bawah ini :
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda,
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ
“Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Al Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.”
(HR.Ibnu Majah No.4083)
Hadits Ketiga;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : سَمُّوْا بِإِسْمِيِ، وَلَا تَكْنُوْا بِكُنْيَتِيْ، وَمَنْ رَأَنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَان لَا يَتَمَثَّلُ صُوْرَتِي، وَمَنْ كَذِبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأُ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Sabda Rasulullah Muhammad ﷺ :
“Berilah nama dengan namaku, dan janganlah beri gelar dengan gelarku, barangsiapa yang melihatku dalam mimpi maka sungguh ia telah melihatku, dan sungguh syaitan tak mampu menyerupaiku, barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia mengambil (bersiap) tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari No.110)
Dalam hadits ini, ada kalimat yang menarik yaitu di gabungnya antara "Janganlah Beri gelar dengan gelarku" Dan "Barang siapa yang melihatku dalam mimpi maka sungguh ia telah melihatku", MaasyaaAllah, Saya rasa dua kalimat dalam hadits ini sangat erat hubungannya dengan Nama Sayyid Muhammad Qasim dan Fenomena mimpi yang di alaminya, seakan-akan hadits tsb menunjukkan bahwa "Orang yang nantinya Bernama Muhammad dan bergelar dengan Gelar Rasulullah Muhammad ﷺ (Yakni Qasim) dan mengalami Mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad, maka mimpinya Adalah benar".
Bahkan Rasulullah Muhammad ﷺ mencoba menenangkan Ummat dengan Menambahkan jaminan "Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia mengambil (bersiap) tempatnya di neraka", hal ini seakan menunjukkan bahwa Ummat Rasulullah Muhammad ﷺ jangan khawatir jikalau "Orang Yang Namanya Seperti Namaku,Gelarnya seperti gelarku dan ia mengaku bermimpi bertemu denganku,Maka kalau ia Berdusta dengan mengaku telah bermimpi bertemu denganku, maka ia harus bersiap-siap masuk neraka".
Maka apa yang membuat kita khawatir mempercayai Mimpi Muhammad Qasim?
Toh, dia tidak mengaku Al Mahdi, pernyataan bahwa beliau Al Mahdi adalah Hasil kajian Kami atas mimpi-mimpinya, dia juga tidak mengajarkan ajaran-ajaran baru, dia hanya menyampaikan mimpi-mimpinya.
Contohnya, ia menyampaikan masalah syirik atas Perilaku memberi hormat dengan cara menunduk seperti ruku', yang biasa di lakukan ummat saat mencium tangan Ortu atau pun guru yang juga biasa di lakukan Orang jepang saat memberi hormat, perkara ini ada dalam hadits , sebagaimana di bawah ini :
Dari Anas bin Malik ra. yang meriwayatkan:
قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ أَوْ صَدِيقَهُ أَيَنْحَنِي لَهُ قَالَ " لاَ " . قَالَ أَفَيَلْتَزِمُهُ وَيُقَبِّلُهُ قَالَ " لاَ " . قَالَ أَفَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحُهُ قَالَ " نَعَمْ " . قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, seorang di antara kami bertemu saudaranya atau temannya, apakah ia membungkukkan badan untuknya?” (Rasulullah) menjawab, “Tidak.” Ia bertanya, “Apakah boleh memeluknya dan menciumnya?” Rasulullah menjawab, “Tidak.” Ia bertanya, “Apakah boleh meraih tangannya dan bersalaman?” Rasulullah menjawab, “Boleh.” (HR. Tirmidzi no. 2728; Imam Tirmidzi menilai hadis ini hasan).
Bahkan Ulama mazhab Syafii Syeikh Sulaiman Al-Bujairimi menganggap haram menundukkan badan untuk penghormatan. Syeikh Al-Bujairimi berpendapat bahwa membungkuk sampai pada posisi rukuk kepada manusia sama haramnya dengan sujud kepada makhluk. Beliau berkata:
وَمِثْلُهُ بُلُوغُ حَدِّ الرُّكُوعِ عِنْدَ الْأُمَرَاءِ
Sebagaimana (haramnya) sujud adalah (membungkuk) sampai pada batasan rukuk di hadapan para penguasa.
Ahli tafsir Imam Al-Baghawi menerangkan dalam tafsirnya, bahwa di masa Nabi Yusuf as. penghormatan kepada manusia dilakukan dengan membungkuk dan merendahkan badan. Hal itu berlaku dan boleh dilakukan pada masa itu, tetapi sudah dihapus hukumnya sekarang.
Karena memang Ruku' dan sujud adalah Ciri Khas penghambaan seseorang kepada Allah swt. Sebagaimana FirmanNya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱرْكَعُوا۟ وَٱسْجُدُوا۟ وَٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱفْعَلُوا۟ ٱلْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ۩
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
(Qs.Al Hajj:77)
Berdasarkan apa Kata Sayyid Muhammad Qasim, Jika kita menghindari segala bentuk kesyirikan termasuk penghormatan dengan cara seperti ruku' tsb maka Allah swt. Akan memberikan pertolongan kepada kita dalam setiap keadaan saat menghadapi fitnah Akhir zaman yang akan terjadi sebentar lagi.
Bahkan seandainya kita salah karena telah mengikuti Sayyid Qasim karena ia berdusta mengaku bermimpi dengan Nabi Misalnya, tentu Allah ﷻ tetap akan memaafkan kita sebagaimana Dalam hadits :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَال: «إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي: الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.” (HR. Ibnu Majah no. 2045)
Jadi seandainya Sayyid Qasim berdusta atas mimpinya maka kita termasuk golongan yang tidak sengaja.
Sebab kita mempercaya mimpinya karena hadits Rasulullah Muhammad ﷺ . :
عن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «لم يبق من النبوة إلا المبشرات، قالوا: وما المبشرات؟ قال: الرؤيا الصالحة
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah, Shallallaahu 'alaihi wa sallam, Bersada: "Tidak ada yang tersisa dari kenabian kecuali kabar gembira (Mubasysyirat)." Mereka berkata: Apa itu kabar gembira? Beliau bersabda: Mimpi yang baik".
NAMA AL MAHDI, GELARNYA DAN NAMA AYAHNYA
Keterangan hadits menunjukkan, Al Mahdi disebut memiliki nama seperti nama Rasulullah Muhammad ﷺ . Dan nama ayahnya pun seperti nama Ayah Rasulullah Muhammad ﷺ .
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia berasal dari keluargaku. Namanya seperti namaku. Nama ayahnya pun seperti nama ayahku.”
(HR.Abu Daud No.4282)
Perlu di ketahui Kalimat يُوَاطِئُ ini bermakna "Seperti" Yang di artikan serupa tapi tak sama bahkan dalam ilmu mantiq, makna يُوَاطِئُ dalam hadits itu mengisyaratkan bahwa Nama nya selain Muhammad.
Karena sesuatu itu,jika di katakan serupa maka menyerupai sesuatu yang lain selain dengan dirinya sendiri,Apabila di katakan sama maka sama persis tetapi karena makna kata يُوَاطِئُ itu sendiri Serupa tapi tak sama maka artinya tidak akan sama persis dengan aslinya.
Jadi Nama Al Mahdi sebenarnya Bukanlah Muhammad Bin Abdullah seperti yang di yakini ummat kebanyakan.
Tetapi Yang mirip dari itu Namun tidak akan jauh dari Makna sebenarnya.
Maka dari itu Para Tabi'in yang pengetahuannya lebih banyak dan lebih dalam dari pada kita di Akhir Zaman ini, mereka tidak menunggu Al Mahdi yang bernama Muhammad Bin Abdullah, Salah seorang Ulama Tabi'in Yaitu Muhammad Ibn Sirin (Beliau juga pentakwil Mimpi) beliau telah mengajarkan tentang Al Mahdi, Saat Orang bertanya kepada Beliau: "Apakah Umar Bin Abdul Aziz Itu Al Mahdi (Akhir Zaman)?" Beliau menjawab : "Tidak".
Coba bayangkan, Kenapa sampai orang bertanya Nama Umar adalah Al Mahdi di zaman tsb, dan kenapa Pula Muhammad Ibn Sirin tidak menambahkan bahwa "Dia harus bernama Muhammad"?
Karena mereka Tahu,bahwa Nama Al Mahdi itu Selain "Muhammad" saja.
Maka inilah menariknya, Nama Muhammad Qasim, ini Adalah nama yang Unik.
Karena nama ini tidak sama persis dengan Nama Rasulullah saw,yakni "Muhammad" saja.
Bahkan kalimat "Qasim" dalam Nama Muhammad Qasim itu bukanlah suatu kunyah yang di larang untuk di gunakan,justru Qasim dalam namanya adalah bagian dari Nama tsb.
Jadi jika ada yang mau menyanggah nama Muhammad Qasim dengan mengatakan Kata Qasim dalam Nama Muhammad Qasim adalah di larang, Maka jawabnya itu bukanlah kunyah atau gelar tapi bagian dari nama Ia sendiri.
Menarik,bukan?
Agar lebih menarik, akan kami tambahkan beberapa hadits dari syi'ah tapi serupa dengan Hadits Sunni sebagai referensi :
Dari Said bin Jubair dari ibn Abbas, ia berkata: Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda: Sesungguhnya para khalifahku dan wasiku serta hujjah-hujjah Allah atas makhluk setelahku adalah dua belas orang, yang pertama dari mereka adalah saudaraku dan yang terakhir dari mereka adalah putraku. Kemudian di tanyakan: wahai Rasulullah siapakah saudaramu itu? Rasul bersabda: Ali bin Abi Tholib. Ditanyakan: dan siapakah putramu itu? beliau bersabda: dia adalah Mahdi yang akan memenuhinya (memenuhi bumi) dengan keadilan sebagaimana bumi telah telah dipenuhi dengan kezaliman, sumpah demi Zat yang mengutusku kepada manusia dengan kebenaran, seandainya dunia ini tidak tersisa kecuali satu hari maka Allah pasti akan memanjangkan hari itu sampai munculnya putraku Mahdi as, maka akan turun ruh Allah Isa bin Maryam dan akan sholat dibelakangnya, maka bumi akan bersinar dengan cahayanya, dan akan sampai kerajaannya di barat dan di timur.
(Faraidu Samthain, jild, Bihar juz, 51, halaman 71)
Diriwayatkan dari al-Kanduzi al-Hanafi dari Abi Basir dari imam Ja’far Shodiq dari ayahnya dari Amirail mu’minin Ali bin Abi Thalib as berkata: Rasulullah saw bersabda: Mahdi dari anak cucuku namanya sama dengan namaku, kunyahnya sama dengan kunyahku, dan dialah orang yang paling mirip dengan diriku dari segi penciptaan dan budi-pekerti, dia akan hilang dari pandangan mata (gaib), ummat akan dilanda kebingungan sehingga sesatlah mereka dari agama mereka, maka ketika itu dia akan datang bersinar laksana bintang kejora yang terang benderang, dan akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhinya dengan kesesatan dan kezaliman.
(Yanabi’ul mawadah)
Ada pun nama Ayah Al Mahdi, Juga begitu yaitu serupa tapi tidak sama persia Nama Ayah Rasulullah saw adalah ABDU ALLAH dan Nama Ayah Sayyid Muhammad Qasim Adalah ABDU AL KARIM.
Dua nama ini tidak sama persis tapi serupa, dan penyerupaannya tidak melenceng secara makna, sebab Kalimat pertama sama-sama ABDU dan Kalimat kedua Sama-Sama Nama Tuhan Yakni ALLAH DAN AL KARIM.
NASAB AL MAHDI
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Nasab al-Mahdi berasal dari jalur putra tertua Hasan bin Fatimah binti Muhammad ﷺ. Sayyid Hasan adalah anak pertama dari pasangan Ali dan Fatimah. Hasan dikenal sebagai sosok rupawan dan yang paling mirip dengan Nabi saw mulai dari ujung Rambut Hingga Pinggang, Sayyidina hasan adalah orang yang cerdas, lemah lembut, perasa dan pemalu. Ia juga dijuluki sebagai ‘karimu ahlil bait’ keluarga Nabi paling dermawan.
Beberapa riwayat genologis tentang nama Qasim adalah pada jalur Hasan, beberapa nama-nama generasi terdahulu ada nama Qasim seakan menjadi penanda masih keturunan jalur nasab Hasan al Hasyimi. Sebaliknya nama Qasim tidak ditemukan banyak melalui jalur keturunan Husain, beberapa nama-nama yang sering muncul adalah antara lain Abdullah, Hasan, Husein, Muhammad, Aqil dan Ali.
Sayyid Hasan dikenal laki-laki yang sering menikah cerai kemudian nikah kembali, ia dikenal sebagai (al-mitslaq). Banyaknya anak keturunannya menjadikan kesulitan dalam pencatatan silsilah sehingga bertebaran dimuka bumi ini. Lain halnya keturunan Husein yang sangat sedikit. Barangkali Allah ﷻ sedang membuat rencana rahasia kelak masa akhir zaman akan muncul dari tulang sulbi keturunan jalur al-Hasani muncul Qasim sebagai pemimpin akhir zaman.
Karena seperti yang di katakan di awal bahwa Arti Qasim itu pembagi, dan isyarat ini sangat jelas ada kaitannya dengan Qasim pada sifat-sifat Al Mahdi yang suka membagi-bagikan harta, Hadis Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
يخرج في آخر أمتي المهدي ، يسقيه الله الغيث ، وتخرج الأرض نباتها ، ويعطي المال صحاحا، وتكثر الماشية ،وتعظم الأمة ، يعيش سبعا ، أو ثمانيا ، يعني حججا
“Pada akhir umatku akan keluar Al-Mahdi. Allah menurunkan hujan kepadanya, bumi menumbuhkan tanamannya, HARTA DI BAGI-BAGIKAN, banyaknya binatang ternak dan umat ini menjadi mulia. Dia akan hidup selama tujuh atau delapan tahun; yaitu tujuh atau delapan musim haji.” (HR. Al-Hakim, disepakati oleh Adz-Dzahabi)
UMUR AL MAHDI
Agar lebih lengkap maka kami akan sampaikan pembahasan tentang umur Al mahdi dan kaitannya dengan Umur Sayyid Qasim.
حدثنا عبد الله بن مروان عن الهيثم بن عبد الرحمن عمن حدثه عن علي بن أبي طالب قال: يبعث وهو ما بين الثلاثين والأربعين.
“Abdullah bin Marwan menceritakan dari al-Haistam bin Abdurrahman dari orang yang menceritakan kepadanya dari Ali bin Abi Thalib berkata: Dia (al-Mahdi) diutus antara (umur) 30 sampai 40 tahun.”
Riwayat Kedua
حدثنا الوليد عن سعيد عن قتادة عن عبد الله بن الحارث قال : يخرج المهدي وهو ابن أربعين سنة
“Al-Walid menceritakan dari Sa’id dari Qotadah dari Abdullah bin al-Harits berkata: al-Mahdi akan keluar (diutus) pada umur 40 tahun tahun.”
Riwayat ketiga
عن سميط عن كعب قال : المهدي ابن أحد أو اثنتين وخمسين سنة
“Dari Samith dari Ka’ab berkata: al-Mahdi (diutus) pada umur 51 atau 52 tahun.“
Riwayat Keempat
عن جراح عن أرطأة قال : المهدي ابن ستين سنة
“Dari Jarah dari Arthaah berkata: al-Mahdi (diutus) pada umur 60 tahun.“
Keempat riwayat di atas dapat dilihat dalam karya an-Nu’aim pada kitab Al-Fitan bab Sifatul Mahdi hal 226-227.
Sayyid Muhammad Qasim, saat ini ia berumur 47 tahun.
Saat tahun 2028 umurnya akan menjadi 52 tahun, coba perhatikan Riwayat ketiga di atas.
Sudah..?
Lalu apa kaitannya dengan Tahun 2028 .. ?
Perhatikan Mimpi Sayyid Qasim ini:
Di dalam Mimpi Muhammad Qasim di tahun 2015: Allah berfirman bahwa: "Qasim, (Sesungguhnya) AKU (ALLAH) akan memenuhi semua janjiku denganmu dalam 13 tahun ke depan yang telah AKU (Allah) buat denganmu.’’
Mimpi ini hadir pada tahun 2015 dan terhitung sejak itu kepada 13 tahun mendatang jatuh kepada tahun 2028, Yakni Saat Sayyid Qasim Akan berumur 52 tahun, Kami berpendapat bahkan sangat berharap
Jika kalian bertanya-tanya apa maksud Tahun 30-40 itu pada riwayat satu dan dua, maka jawab kami mungkin maksudnya adalah di utus menyebarkan Mimpi-mimpinya,karena Sayyid Qasim di perintahkan Allah ﷻ .
Dalam mimpinya untuk menyebarkan mimpi-mimpinya khususnya yang ada kepentingan untuk ummat sejak 2014, saat itu beliau berumur kurang lebih sekitar 38 tahun.
Ada pun jika di tanya maksud riwayat ke empat maka jawab kami,mungkin makasudnya adalah di utusnya melawan dajjal, karena Al Mahdi akan berkuasa selama 7 tahun sebagaimana di sebutkan dalam hadits,begitu juga dari mimpi sayyid qasim bahwa ia mengatakan Masa kedamaian akan berlangsung selama 7 tahun,jika di hitung dari 52+7=59.
Maka saat Sayyid Qasim memasuki umur ke 60 Dajjal akan muncul selama 40 hari,yang mana lamanya sebanding dengan 1 tahun 2 bulan 2 minggu.
Inilah maksud riwayat keempat tsb, tentu selebihnya hanya Allah yang tau, maka kita ucapkan : Wallahu a'lam.
Posting Komentar